BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Manusia dilahirkan
didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal itulah
manusia disebut sebagai makluk yang paling sempurna dan diamanati oleh sang
pencipta sebagai pemimpin di bumi ini. Akan tetapi seiring dengan bekal akal,
pikiran dan perasaan itu pula manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah,
bahkan ada yang mengatakan bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang
masalah (human with multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang
bisa mereka atasi dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang
lain (konselor) untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Dan pemberian bantuan
dari orang yang ahli (konselor) kepada individu yang membutuhkan (klien) itulah
yang dinamakan “konseling”.
Dalam memecahkan
masalahnya, manusia memiliki banyak pilihan cara, salah satunya adalah dengan
cara islam. Mengapa islam? Karena islam mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia tak terkecuali berkenaan dengan bimbingan dan konseling.
B.
Rumusan Masalah
Dalam makalah
ini agar lebih mudah untuk dipahami maka penulis berupaya untuk memberikan
batasan hingga dapat dimengerti dengan jelas isi makalah ini sendiri secara
baik dengan rumusan sebagai berikut :
1. Apa itu manusia dan hakekatnya ?
2. Apa tujuan dan tugas kehidupan ?
3. Apa fungsi manusia ?
4. Apa yang dimaksud dengan masalah dan ciri-cirinya?
5. Bagaimana jenis-jenis masalah yang terdapat pada individu ?
6. Apa penyebab terjadinya masalah ?
7. Bagaimana cara menyelesaikan masalah ?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka dapat disimpulkan beberapa tujuan sebagai berikut
:
1.
Mengetahui manusia dan hakekatnya
2.
Mengetahui tujuan dan tugas kehidupan
3.
Mengetahui fungsi manusia
4.
Mengetahui masalah dan cirri-cirinya
5.
Mengetahui jenis-jenis masalah yang terdapat pada individu
6.
Mengetahui penyebab terjadinya masalah
7.
Mengetahui cara menyelesaikan masalah
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Manusia dan Hakekatnya
Dalam kamus besar bahasa indonesia manusia berarti makhluk yang
berakal budi. Sedangkan dalam Al’Quran manusia dapat diartikan sebagai insanul
kamil yang berarti yang sempurna.[1]
·
Hakikat Manusia
Pada uraian berikut dipapakarkan beberapa pendapat para ahli atau
mazhab konseling tentang hakikat manusia.
a.
Viktor E.Frankl mengemukakan
bahwa hakikat manusia itu sebagai berikut.
1.
Manusia, selain
memiliki dimensi fisik dan psikologis juga memiliki dimensi spiritual. Ketiga
dimensi itu harus dikaji secara mendalam apabila manusia itu hendak di pahami
dengan sebaik-baiknya. Melalui dimensi spiritual itulah manusia mampu mencapai
hal-hal yang berada diluar dirinyadan mewujudkan ide-idenya.
2.
Manusia adalah
unik dalam arti bahwa manusia mengarahkan kehidupannya sendiri.
3.
Manusia adalah
bebas merdeka dalam berbagai keterbatasannya untuk membuat pilihan-pilihan yang
menyangkut prikehidupannya sendiri. Kebebasan ini memungkinkan manusia berubah
dan menentukan siapa sebenarnya diri manusia itu dan akan jadi apa manusia itu
sendiri.[2]
b.
Sigmund Freud mengemukakan
sebagai berikut.
1.
Manusia pada
dasarnya bersifat pesimistik, deterministik, mekanistik dan redukasionostik.
2.
Manusia
dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar,
dorongan biologis dan pengalaman masa kecil.
3.
Dinamika
kepribadian berlangsung melaui pembagian energi psikis kepada Id, Ego dan
Superego yang berifat saling mendominasi.
4.
Manusia
memiliki naluri-naluri seksual (libido seksual) dan agresif, naluri kehidupan
(eros) dan kematian (tanatos).[3]
c.
B.F Skinner dan Waston
mengemukakan hakikat manusia sebagai berikut.
1.
Manusia
dipandang memiliki
kecenderungan-kecenderungan positif dan negatif yang sama.
2.
Manusia pada
dasarnya dibentuk dan ditentukan oleh lingkungan sosial budayanya. Dalam arti
bahwa lingkungan merupakan pembentuk utama keberadaan manusia.
3.
Segenap tingkah
laku manusia itu dipelajari.
d.
Aliran Humanistik
memiliki pandangan yang optimistik terhadap hakikat manusia. Para ahli teori
humanistik mempunyai keyakinan sebagai berikut.
1.
Manusia
memiliki dorongan bawaan untuk mengembangkan diri.
2.
Manusia
memiliki kebebasan untuk merancang atau mengembangkan tingkah lakunya, yang
dalam hal ini manusia bukan poin yang diatur sepenuhnya oleh lingkungan.
3.
Manusia adalah
makhluk rasional dan sadar, tidak dikuasai oleh ketidaksadaran, kebutuhan
irasionnal dan konflik.[4]
·
Hakikat Manusia Menurut Agama
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo
religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus menjadikan
kebenaran agama itu sebagai rujukan (referensi) sikap dan prilakunya. Dapat
juga dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki motif beragama, rasa keagamaan dan kemampuan untuk
memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Kefitrahan inilah yang membedakan
manusia dari hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau
kemuliaannya disisi Tuhan. [5]
Dalil
yang menunjukan bahwa manusia mempunyai fitrah beragama adalah Q.S. Al’Araf:
172 yang berbunyi :
àMó¡s9r&öNä3În/tÎ/((#qä9$s%4n?t/¡!$tRôÎgx©¡
"Bukankah
Aku Ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "ya kami bersaksi bahwa Engkau
Tuhan kami”
Fitrah
bergama ini merupakan potensi yang arah perkembangannya amat tergantung pada
kehidupan beragama lingkungan dimana orang (anak) itu hidup, terutama
lingkungan keluarga. Apabila kondisi tersebut kondusif, dalam arti lingkungan
itu memberikan ajaran, bimbingan dengan pemberian dorongan (motivasi) dan
ketauladanan yang baik (uswah hasanah)
dalam mengamalkan nilai-nilai agama, maka anak itu akan berkembang menjadi
manusia yang berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur (berakhlaqul kariimah).
Apabila
lingkungan bersikap masa bodoh, acuh tak acuh, atau bahkan melecehkan ajaran
agama, dapat dipastikan anak akan mengalami kehidupan yang tuna agama, tidak
familiar (akrab) dengan nilai-nilai atau hukum-hukum agama, sehingga sikap dan
perilakunya akan bersifat impulsif,
instinktif, atau hanya mengikuti hawa nafsu (Sunda : ngalajur nafsu ngumbar amarah).[6]
Seperti
halnya fitrah beragama, maka hawa nafsu pun merupakan potensi yang melekat pada
setiap diri indivdu. Hawa nafsu (naluri atau instink) ini, seperti nafsu
makan,minum, dan seksual keberadaannya amat bermanfaat bagi kelangsungan hidup
individu sendiri. Dapat dibayangkan bagaimana manusia akan hidup, tanpa
mempunyai nafsu makan atau minum, atau bagaimana manusia dapat mengembangkan
keturunan, apabila tidak mempunyai nafsu seks.
Keberadaan
hawa nafsu itu dismping memberikan manfaat bagi kehidupan manusia, juga dapat
melahirkan madlarat (ketidaknyamanan,
atau kekacauan dalm kehidupan, baik personal maupun sosial). Kondisi ini
terjadi apabila hawa nafsu itu tidak dikendalikan, karena memang sifat yang
melekat pada hawa nafsu adalah mendorong manusia kepada keburukan atau
kejahatan (innannafsa laammaaratun bissuui).
Individu
dapat mengendalikan hawa nafsunya (bukan membunuhnya) dengan cara mengembangkan
potensi “takwanya”. Sebagaimana dimaklumi bahwa setiap manusia mempunyai dua
potensi, atau kecenderungan, yaitu “takwa” (beriman dan beramal shaleh, atau
berakhlak mulia), dan “fujur” (musyrik, kafir, munafik,fasik, jahat atau
berakhlak buruk).
Kemampuan
individu (anak) untuk dapat mengembangkan potensi “takwa” dan mengendalikan
“fujur”-nya, tidak terjadi secara otomatis atau berkembang dengan sendirinya,
tatpi memerlukan bantuan orang lain, yaitu melalui pendidikan agama (bimbingan,
pengajaran, dan pelatihan), terutama dari orangtuanya sebagai pendidik pertama
dan utama di lingkungan keluarga.
Dengan
mengamalkan ajaran agama, berarti manusia telah mewujudkan jati dirinya,
identiras dirinya (self-identity)
yang hakiki, yaitu sebagai ‘abdullah (hamba
Allah) dan khalifmah di muka bumi.
Sebagai khalifah berarti manusia menurut fitrahnya adalah makhluk sosial yang
bersifat altruis (sikap sosial untuk membantu orang lain). Memiliki fitrahnya
ini, manusia memiliki potensi atau kemampuan untuk bersosialisasi, berinteraksi
sosial secara positif dan konstruktif dengan orang lain, atau lingkungannya.
Sebagai khalifah, manusia mengemban amanah, atau tanggung jawab (responbility) untuk berinisiatif dan
berpartisipasi aktif dalam menciptakan tatanan kehidupan yang nyaman dan
sejahtera, dan berupaya mencegah terjadinya pelecehan nilai-nilai kemanusiaan
dan perusakan lingkungan hidup.[7]
Manusia
yang diciptakan Allah SWT. sebagai khalifah memiliki kemerdekaan (freedom) untuk mengembangkan diri. Allah
SWT melengkapi manusia dengan sifat khouf
(rasa cemas, takut, dan khawatir) dan
rooja (sikap penuh harapan dan optimisme). Kondisi ini merupakan sifat
eksistensial manusia yang tak dapat dihindari, dan kedua-duanya meupakan
kekuatan yang ada pada diri manusia. Kedua kekuatan yang tampak kontradiktif
ini harus hadir di dalam proses perkembangan manusia, tetpi tidak harus
berbenturan, malainkan harus sinergi dan harmonis, berkembang ke arah kesatuan.
Kondisi eksistensial manusia ini memaknakan bahwa perkembangan manusia terarah
kesatuan eksistensi dan bukan keragaman eksistensi. Ini berarti pada nilai yang amat fundamental yang
menjadi arah dan landasan perkembangan manusia ke arah kesatuan eksistensi itu.
Jelasnya nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai agama (Fatah Jalal, dalam
Sunaryo Kartadinata, 2003).
Sebagai hamba dan khalifah Allah, manusia mempunyai tugas suci
yaitu ibadah atau mengabdi kepada-Nya. Bentuk pengabdian itu baik yang bersifat
ritual personal (seperti shalat, puasa dan berdo’a) maupun ibadah sosial yaitu
menjalin silaturahmi (hubungan persaudaraan antar manusia) dan menciptakan
lingkungan yang bermanfaat bagi kesejahteraan atau kebahagiaan umat manusia
(rahmatan lil’alamin).[8]
B.
Tujuan dan Tugas Kehidupan
Secara naluriah manusia memiliki
kebutuhan untuk hidup bahagia, sejahtera, nyaman, dan menyenangkan. Secara
ekstrim, Freud mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya selalu mengejar
kenikmatan (pleasure principle) dan
menghindar dari rasa sakit (kondisi yang tidak menyenangkan).[9]
Prayitno dan Erman Amti (2002:
10-13) mengemukakan model Witner dan Sweeney tentang kebahagiaan dan
kesejahteraan hidup serta upaya mengembangkan dan mempertahankannya sepanjang
hayat. Menurut mereka, ciri-ciri hidup sehat sepanjang hayat itu ditandai
dengan lima kategori tugas kehidupan, yaitu sebagai berikut :[10]
1.
Spiritualitas.
Dalam kategori ini terdapat agama sebagai sumber inti bagi hidup sehat. Dimensi
lain dari aspek spiritualitas ini adalah : (1) Kemampuan memberikan makna
kepada kehidupan, (2) Optimis terhadap kejadian-kejadian yang akan datang, (3)
Diterapkannya nilai-nilai dalam hubungan antara orang serta dalam pengambilan
keputusan.
2.
Pengaturan
Diri. Seseorang yang mnegamalkan hidup sehat pada dirinya terdapat ciri-ciri:
(1) Rasa diri berguna, (2) Pengendalian diri, (3) pandanga realistik, (4)
spontanitas dan kepekaan emosional, (5) kemampuan rekayasa intelektual, (6)
pemecahan masalah, (7) kreatif, (8) kemampuan berhumor, (9) kebugaran jasmani
dan kebiasaan hidup sehat.
3.
Bekerja. Dengan
bekerja seseorang akan memperoleh keuntungan ekonomis (terpenuhinya kebutuhan
sandang, pangan dan papan), psikologis (rasa percaya diri, dan perwujudan
diri), dan sosial (status dan persahabatan).
4.
Persahabatan.
Persahabatan merupakan hubungan sosial, baik antar indvidu maupun dalam
masyarakat secara lebih luas, yang tidak melibatkan unsur-unsur perkawinan dan
keterikatan ekonomis. Persahabatan ini memberikan tiga keutamaan pada hidup
yang sehat, yaitu : (1) dukungan emosional, (2) dukungan material, (3) dukungan
informasi.
5.
Cinta. Dengan
cinta hubungan seseorang dengan orang lain cenderung menjadi amat intim, saling
mempercayai, saling terbuka, saling kerjasama, dan saling memberikan komitmen
yang kuat. Penelitian Flanagan (1978) menemukan bahwa pasangan hidup suami
istri, anak, dan teman merupakan tiga pilar paling utama bagi keseluruhan
penciptaan kebahagiaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan. Perkawinan da
persahabatan secara signifikan berkontribusi kepada kebahagiaan hidup.
Paparan
tentang hakikat, tujuan dan tugas kehidupan manusia di atas sebagai hasil olah
pikir atau nalar (nadhar) para ahli
mempunyai implikasi kepada layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini
terutama terkait dengan perumusan tujuan bimbingan dan konseling, dan cara
pandang konselor terhadap klien yang seyogianya didasarkan kepada harkat an
martabat kemanusiaannya manusia.[11]
C.
Manusia dan fungsinya
Manusia adalah ciptaan Allah yang mendapat tugas menjadi khalifah,
pengemban amanat dan pemakmur kehidupan di bumi.
Konsepsi bahwa manusia memiliki fungsi dan tanggung jawab, (Azhar
Basyir, 1994:26) mempunyai pengertian yang berbeda dengan kinsep di barat.
Barat meletakan manusia sebagai subjek otonom. Merka lupa bahwa manusia itu
“diciptakan”.[12]
Berkaitan dengan uraian diatas, gagasan dasar Azhar Basyir tentang
fungsi manusia terbagi kedalam empat kelompok (catur fungsi manusia) yaitu :
1.
Fungsi Manusia
Terhadap Diri Pribadi
Manusia adalah
ciptaan Allah. Dalam dirinya terkandung predikat makhluk individual (pribadi
dan hamba Tuhan) dan sosial (sesama manusia dan alam). Azhar Basyir menjelaskan
bahwa ada tiga unsur yang harus di perhatikan berkaitan dengan fungsi manusia
terhadap dirinya sendiri yaitu : perasaan akal dan jasmani. Penekanan ketiga unsur tersebut harus
seimbang. Dijelaskan jika seseorang terlalu menitik beratkan fungsi perasaannya
maka dia akan terjerumus kehidupan serba
spiritual. Jika seseorang terlalu menitik beratkan fungsi akalnya maka ia akan
terjerumus kedalam kehidupan yang serba rasional. Pengalaman – pengalaman kejiwaan
yang irrasional dinilai sebagai lamunan (ilusi). Jika seseorang menitik
beratkan fungsi kejasmaniannya maka ia akan terjerumus kedalam kehidupan yang
serba material dan positivistik. Begitu juga jika seseorang menekankan bahwa
unsur perasaan, akal dan badan tidak penting maka ia mengalami kehidupan yang
pincang.[13]
Ada dua implus
yang menjadi motor penggerak dalam diri manusia, pertama keinginan untuk memperoleh suatu kepuasan diri tanpa
menhiraukan akibat-akibatnya. Kedua
keinginan memainkan peranan dalam suatu keselarasan hidup secara utuh.
Unsur-unsur itu
merupakan satu kesatuan yang tidak dalam diri manusia sekaligus mengandaikan
adanya kebutuhan dan kepentingan yang berbeda-beda oleh karena itu manusia di
tuntut untuk memenuhi kebutuhan tersebut secara seimbang.
2.
Fungsi Manusia
Terhadap Masyarakat
Faktor penyebab munculnya kehidupan bermasyarakat adalah :
a.
Manusia
bersifat kemasyarakatan (sosial), artinya masyarakat merupakan tujuan umum yang
ingin dicapai manusia.
b.
Manusia
terpaksa bermasyarakat , artinya hidup bermasyarakat merupakan tujuan kedua,
bukan priotas utama.
c.
Manusia
bermasyarakat berdasarkan pilihannya sendiri, artinya hidup bermasyarakat
merupakan hasil kemampuan nalar dan perhitungan manusia.[14]
Sebagai makhluk sosial secara naluriah manusia cenderung
untuk hidup bermasyarakat. Dalam hidup bermasyarakat setiap individu memikul
beban kewajiban terhadap individu-individu lain, artinya mempunyai relasi
fungsional yang didasarkan atas kemanusiaan dan kekeluargaan (satu keturunan
bani Adam).
3.
Fungsi Manusia
Terhadap Alam
Kebudayaan pada dasarnya berkembang sebagai usaha manusia mengambil
manfaat dari apa yang ada dalam alam semesta. Dengan demikian tindakan merusak
alam pada hakekatnya merupakan tindakan yang merugikan diri sendiri. Alam yang
rusak akan mendatangkan bencana dan malapetaka bagi kehidupan (seperti banjir,
udara kotor dsb).
Manusia membutuhkan bahan-bahan dari alam sekaligus mempunyai
relasi fungsional terhadap alam dan lingkungan yaitu memanfaatkan potensi alam
sekaligus memelihara kelestariannya seoptimal mungkin. Bahkan manusia merupakan
bagian dari alam itu sendiri karena penciptaan jasadnya bermula dari tanah.[15]
Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa alam diciptakan oleh Allah
untuk melayani kebutuhan manusia. Agar fungsi layanan itu dapat
teraktualisasikan secara optimal , alam perlu diolah dengan keterampilan dan
ilmu pengetahuan. Mengelola alam merupakan relasi fungsional manusia terhadap
alam. Tetapi perlu diingat sumber daya alam bersifat terbatas. Artinya menguras
potensi alam secara berlebihan dan tidak pada tempatnya justru akan menjadi
sumber kesulitan bagi manusia iti sendiri. Dengan demikian manusia dituntut
untuk memelihara alam dan lingkungan dengan sebaik-baiknya.
4.
Fungsi Manusia
Terhadap Allah
Dalam Al-Qur’an dijelaskan :
$tBuràMø)n=yz£`Ågø:$#}§RM}$#urwÎ)Èbrßç7÷èuÏ9ÇÎÏÈ
“Dan
Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku”. (Q.S Adz dzariyat: 56)
Mengabdikan diri kepada Allah dalam Al-Qur’an dinamakan ibadah.
Ibadah diklasifikasikan menjadi dua yaitu, pertama ibadah mahdah (murni)
seperti shalat, puasa, zakat, haji. Ibadah ini di kerjakan sesuai tuntunan yang
telah ditentukan , tidak ditambah, tidak dikurangi atau diubah. Kedua ibadah
ghoiru mahdhah (bersifat umum) yaitu ibadah yang tidak berkaitan langsung
dengan sistem peribadatan.
Sistem ibadah seperti dikemukakan diatas mengandaikan suatu
pertanggung jawaban bagi setiap individu manusia kepada Allah ataupun sesama
manusia. Artinya kehadiran manusia di dunia praksisnya mempunyai muatan etik
noramatif yang berkaitan langsung dengan Sang Pencipta dan dimana ia hidup.
Kebahagiaan atau kesengsaraan hidup diakhirat kelak banyak
ditentukan oleh bagaimana perbuatan manusia selama hidup di dunia apakah ia
telah melaksanakan amanat Allah dengan baik ataukah sebaliknya.[16]
D.
Pengertian dan
Ciri-Ciri Masalah
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masalah berarti persoalan yang
harus diselesaikan. Masalah yang menimpa seseorang jika tidak segera dicari
atau diselesaikan maka masalah tersebut akan berkembang dan hal ini
berimplikasi terhadap kehidupannya dan orang lain.[17]
Masalah merupakan suatu makna yang belum kita pahami (situasi yang
bertentangan atau kabur) yang ada pada suatu peristiwa dalam kehidupan kita dan
biasanya masalah akan menimbulkan keadaan yang tidak seimbang antara keinginan
dan kenyataan dan masalah merupakan hal yang harus kita selesaikan.[18]
Adapun ciri-ciri
masalah adalah sebagai berikut:
1. Masalah yang muncul karena ada kesenjangan antara harapan (das sollen)dan kenyataan (das sein).
2. Semakin besar kesenjangan, maka masalah semakin berat.
3. Tiap kesenjangan yang terjadi dapat menimbulkan persepsi yang berbeda-beda.
4. Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu
sendiri maupun oleh lingkungan.
5. Masalah timbul akibat dari proses belajar yang keliru.
6. Masalah memerlukan berbagai pertanyaan dasar yang perlu dijawab.
7. Masalah dapat bersifat individual maupun kelompok.[19]
E.
Masalah-Masalah yang
Berkaitan Personal-Sosial Individu
Kebutuhan bimbingan
timbul karena adanya masalah-masalah yang dihadapi oleh individu yang terlibat
dalam kehidupan masyarakat. Berbagai masalah personal yang dapat dialami
individu diantaranya:
o
Konflik dan Frustasi
Dalam kehidupan
sehari-hari biasanya individu, kadang-kadang mengahadapi beberapa motif yang
saling bertentangan. Dengan demikian individu mengalami konflik psikis, yaitu
pertentangan batin, suatu kebimbangan, suatu keragu raguan. Apabiala individu
melakukan kegitan dan berhasil maka timbul kebahgiaan. Tetapi jika gagal dalam
mencapi tujuannya maka individu akan mengalami kekecewaan. Jika kecewa itu
selalu berulang maka akan mengggannggu keseimbangan psikis, baik emosi atau
tindakannya. Hal itu berarti individu tersebut dalam keadaan frustasi. Dengan
demikian frustasi merupakan rasa kekecewaan yang mendalam karena tujuannya
tidak tercapai.
Dalam beberapa faktor
yang dapat memicu timbulnya frustasi antara lain:
- Frustasi Lingkungan, Frustasi yang disebabkan
oleh rintangan yang terdapat dalam lingkungan.
- Frustasi Pribadi, frustasi yang timbul karena
perbedaan antara kemampuan dan keinginan. Atau ada perbedaan antara ideal
self dengan real self.
- Frustasi Konflik, yaitu frustasi yang disebabkan
oleh konflik dari berbagai motif dalam diri seseorang.
- Stres
Stres adalah fenomena siko fisik yang dapat dialami oleh setiap orang.
Stres adalah perasaan tidak enak, tidak nyaman, atau tertekan, baik fisik
ataupun psikis sebagai respon atau reaksi individu terhadap stressor (stimulus
yang berupa peristiwa, objek atau orang) yang mengancam, mengganggu, membebani,
atau membhayakan keselamatan, kepentingan, keinginan, dan kesejahteraan hidup.[20]
Gejala stres antara
lain adalah:
- Gejala Fisik, antara lain sakit kepala, sakit lambung (Maag),
hipetensi, sakit jantung atau jantung berdebar-debar, insomnia (sulit
tidur), mudah lelah, keluar keringat dingin , kurang selera makan, sering
buang air kecil, maupun diare.
- Gejala Psikis, diantaranya : gelisah atau cemas, kurang biasa
konsentrasi, sikap apatis, ikap psimis, hilang rasa humor atau murung diam
seribu bahasa, malas, mudah marah, bersikap agresif dsb.
Faktor yang memicu stres yang biasa disebut stressor
antara lain :
(a) Stressor Fisik Biolosik, seperti penyakit yang
sulit disembuhkan, cacat fisik, atau kurang berfungsinya anggota tubuh.
(b) Stressor Psikologi, seperti berburuk sangka, iri
hati, dendam, sikap bermusuhan dsb.
(c) Stressor Sosial, yang disebabkan oleh iklim
kehidupan keluarga seperti, hubungan keluarga yang tidak harmonis, atau faktor
pekerjaan, juga dimungkinkan karena iklim lingkungan.[21]
- Masalah adaptasi
Proses penyesuaian diri
sering menimbulkan masalah terutama bagi individu itu sendiri. Jika individu
dapat berhasil memenuhi kebutuhn sesui dengan lingkungannya maka disebut "Well
adjusted". Dan jika sebaliknya jika individu gagal dalam proses
penyesuaian diri disebut "maladjusted".
Ciri-ciri orang yang
Well adjusted adalah orang yang mampu merespon (kebutuhan dan masalah) secara
matang, efisien, puas, dan sehat wholesome. Yang dimaksud efisien adalah hasil
yang diperoleh tidak banyak membuang energi, waktu, dan terhindar dari
kekeliruan.sedangkan wholesome adalah respon individu itu sesuai dengan hakikat
kemanusiaannya, seperti sikap persahabatan, toleransi, dan memberi
pertoloangan. Dapat pula dikatakan sorang memiliki penyesuai diri yang normal
apabila mampu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah secara wajar tidak
merugikan diri sendiri dan lingkungannnya, dan sesuia dengan norma-norma.[22]
- Masalah yang berhubungan dengan akademik
Ø Diagnosa kesulitan belajar
Faktor-faktor yang
mempengaruhi keberhasilan belajar bersumber dari faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu
baik bersifat fisik maupun psikis. Faktor eksternal, meliputi aspek sosial baik
yang hadir langsung seperti Radio, TV, dsb. Dan non sosial seperti waktu,
tempat, suasana lingkungan, dengan adanya masalah dalam belajar, maka
diperlukan layanan bimbingan belajar baik yang bersifat prefentif maupun
bersifat kuratif.
Ø Kecerdasan spiritual (spiritual Quotion)
SQ dapat daiartiakan
sebagai kemampuan untuk mengenal dan memecahkan masalah-masalah yang terkait
dengan nilai, menempatkan berbagai kegiatan dan kehidupan dalam konteks yang
lebih luas, kaya dan memberikan makna, serta mengukur atau menilai bahwa salah
satu langkah kehidupan tertentu lebih bermakna dari pada yang lainnya.
Karakteristik individu
yang memiliki SQ yang tinggi:
1. Bersifat fleksibel
2. Memiliki kesadaran yang tinggi
3. Memiliki kemempuan untuk menghadapi penderitaan dan mengambil hikmah
darinya.
4. Memiliki kemampuan dalam menghadapi dan mengatasi rsasakit.
- Pengembangan kreativitas
Beberpa ahli psikologi
berpendapat bahwa kreatifitas harus terbatas pda penemuan suatu ide atu konsep
baru yang sebelumnya tidak diketahui oleh manusia. Sebgian ahli lain menyatakan
bahwa kreatifitas meliputi usaha yang unik dari individu meski bagi orang lain
hal itu bukan baru lagi.
Pemecahan masalah
secara kreatif terdiri dari 4 tahap : (1) tahap menemukan fakta (Fact finding),
(2) tahap menemukan masalah (problem finding), (3) tahap menemukan gagasan (ide
finding), (4) tahap menemukan Masalah (solution finding).
Ciri-ciri manusia yang kreatif
1. hasrat ingin tahu besar, 2. mempunyai inisiatif, 3.
panjang akal, 4.berkeinginan untuk menemukn dan meneleliti, 5. cenderung lebih
suka lebih suka melakukan tugas yang sulit dan berat, 6. selalu ingn mendapatkan
pengalaman baru, 7. percaya pada diri sendiri, 8. berfikir fleksibel.
Ada ahli yang membedakan masalah
yang dialami sseorang itu atas enam kelompok masalah yaitu:
- Masalah pengajaran atau belajar
Problem yang dialami oleh seseorang sehubungan dengan kegiatan pengajaran
(prosess belajar) seperti:
- tidak men getahui bagaiman belajar yang baik.
- tidak tahu bagaimana membaca buku dengan baik.
- tidak mengetahui bagimana caranya mempersiapkan
diri untuk menghadapi ujian.
- Masalah pendidikan
Masalah atau kesulitan
yang dialami oleh seseorang dalam situasi pendidikan pada umumnya, seperti:
- Mengalami kesulitan dalam memilih sekolah.
- Tidak mengetahui car memilih juruan yang cocok
- Tidak dapat menyesuaikan diri pada waktu berada
pada tingkat pendidikan yang dicapai.
- Masalah pekerjaan
Masalah-masalah yang timbul dalam diri individu, dan menyiapkan diri dan
menempatkan diri dengan pekerjaan, seperti :
- Tidak tahu bagaiman memilih pekerjaan yang cocok
dengan keadaan dirinya.
- Tidak tahu pekerjaaan apa yang tersedia dan
sesuai dengan kemampuan dan ketrampilannya.
- Tidak dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaaan
yang dikerjakan sekarang.
- Masalah penggunaaan waktu senggang
Ialah persoalan yang dilami oleh individu yang sehubungan dengan bagaimana
cara menggunakan waktu luangnya, sehinggga berisi dengan kegiatan-kegiatan yang
bermanfaat bagi dirinya. Seperti:
- Tidak tahu bagaimana mengisi waktu senggang
dengan kegiatan yang bermanfaat dan produktif
- tidak merasa ada waktu yang terluang
- sering ngebut kalau ada waktu yang terluang
- Masalah-Masalah sosial
Persoalan-persoalan yang dialami oleh individu sehubungan dengan manusia
lain, dan bagaiman agar ia merasa bahagia bila berada dalam kelompoknya.
Masalah yang timbul:
- Tidak dapat mengadakan interaksi dengan teman
sebayanya.
- Tidak dapat menyesuaikan diri dengan anggota
kelompok
- Selalu merasa rendah diri bila berhadapan dengan
anggota lainnya.
- Masalah pribadi
Masalah-masalah yang dialami individu disebabkan oleh keadaan yang ada dalam
dirinya sendiri dan bersifat sangat komplek. Contoh:
- Keresahan pribadi atau gejala penyakit jiwa
- Merasa malu yang sangat besar karena pertumbuhan
fisik yang terlalu cepat (pada Masa pubertas
- Merasa Gelisah yang tidak menentu).[23]
Kenyataan menunjukan
bahwa sejahtera tidaknya seseorang tidak semata-mata bergantung pada tepat
tidaknya ia menduduki dalam jabatan itu atau juga tidak bergantung pada segi
pendidikannya tetapi juga bergantung pada keadaan pribadi dan individu yang
bersangkutan. Banyak masalah yang timbul karena diri pribadi dan individu yang
bersangkutan. Oleh karena itu timbulah bimbingan yang menuju pada keadaan
pribadi seseorang sehingga timbullah “personal
guidance”. Dengan demikian disamping bimbingan dalam segi jabatan
(vocational guidance) dan bimbingan dalam segi pendidikan dan pengajaran
(educational guidance) dikenal adanya bimbingan pribadi (personal guidance).[24]
Terkait dengan masalah-masalah psikologis yang dihadapi individu, pada
umumnya individu yang bersangkutan kurang atau bahkan sama sekali tidak
menyadarinya. Misalkan, orang yang sombong kadang-kadang tidak menyadari
kesombongannya, demikian juga orang yang malas kadang-kadang tidak menyadari
kemalasannya, sehingga cenderung untuk membiarkannya dan menjadi semamin
kronis. Berbeda dengan masalah yang bersifat fisik, jika seseorang mendapatkan
masalah fisik, misalnya dia mengalami sakit perut, orang itu dengan mudah
menyadari bahwa dirinya mempunyai masalah dengan perutnya, sehingga dia
berupaya untuk segera menghilangkannya dengan cara membeli obat atau datang ke
dokter, misalnya.
Secara garis
besarnya, masalah-masalah yang dihadapi
individu bersumber dari dua faktor, yaitu faktor dari
dalam diri individu sendiri dan faktor lingkungan. Ketika kehidupan masih
relatif sederhana, masalah-masalah yang muncul pun cenderung bersifat
sederhana, namun sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia yang serba
modern seperti sekarang ini, masalah-masalah yang muncul pun tampaknya semakin
kompleks, termasuk di dalamnya masalah yang berkaitan dengan psikologis.
F. Tips Mengatasi Masalah
Bagaimana mengatasi masalah? Upaya untuk mengatasi masalah-masalah atau
mencari jalan keluar dari masalah yang dihadapi dapat dilakukan melalui
berbagai cara, baik yang dilakukan sendiri maupun melaui bantuan orang lain.
Bantuan orang lain biasanya diperlukan manakala masalah yang dihadapinya
dianggap terlalu berat dan sudah tidak mungkin lagi ditanggulangi oleh dirinya
sendiri. Meski menggunakan jasa bantuan orang lain, keputusan dan aktivitas
penyelesaian masalah sebenarnya terletak pada individu yang bersangkutan.
Beberapa tips untuk menyelesaikan masalah :
a)
Bersikap realistis dan
objektif terhadap sesuatu yang dianggap masalah sehingga bisa melihat masalah
secara proporsional.
b)
Jika Anda banyak
menghadapi menghadapi, urutkan masalah-masalah tersebut berdasarkan skala
prioritas penanganannya. Masalah-masalah yang dipandang ringan dan dapat
diatasi sendiri secara cepat, segeralah selesaikan, kemudian coret dari daftar
urutan masalah Anda. Jika menghadapi satu atau beberapa masalah yang dianggap
berat, maka pikirkanlah apakah masih mungkin diselesaikan sendiri atau perlu
bantuan pihak lain.
c)
Jika Anda menganggap
masalah itu masih bisa ditanggulangi sendiri, gunakanlah cara-cara rasional dan
logis (ilmiah) untuk menyelesaikannya. Permasalahan yang diselesaikan melalui
cara-cara irrasional mungkin hanya akan menghasilkan kegagalan dan semakin
memperparah keadaan.
d)
Jika Anda memandang
perlu bantuan pihak lain, carilah orang yang tepat dan dapat dipercaya.
Kesalahan dalam menentukan pihak orang lain untuk dilibatkan dalam masalah
Anda, mungkin malah semakin menambah beban masalah Anda.
e)
Belajarlah kepada
orang-orang yang telah berhasil menyelesaikan masalah-masalah yang serupa
dengan masalah Anda dan temukan kunci suksesnya dalam menyelesaikan masalah
f)
Kesabaran dan
kesungguhan Anda dalam menyelesaikan setiap masalah menjadi penting, karena
mungkin apa yang Anda usahakan tidak langsung dapat menghasilkan penyelesaian
secara cepat. Dengan kata lain, upaya penyelesaian masalah tidak seperti makan
cabe rawit, begitu dimakan terasa pedasnya di lidah, dalam hal ini perlu waktu
dan proses.
g)
Tentunya Anda harus
tetap berdoa memohon pertolongan yang Maha Kuasa, sebagai kekuatan spiritual
Anda, dan yakinkan dalam diri Anda bahwa setiap masalah pasti ada jalan
keluarnya dan tuhan tidak akan memberikan masalah kepada seseorang diluar kemampuannya.[25]
Singkatnya, bahwa dalam menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan
kecerdasan intelektual, emosional, sosial dan spiritual.
BAB III
PENUTUP
Ø Kesimpulan
Menurut sifat hakiki manusia adalah makhluk beragama (homo
religius), yaitu makhluk yang mempunyai fitrah untuk memahami dan menerima
nilai-nilai kebenaran yang bersumber dari agama serta sekaligus menjadikan
kebenaran agama itu sebagai rujukan (referensi) sikap dan prilakunya. Dapat
juga dikatakan bahwa manusia adalah
makhluk yang memiliki motif beragama, rasa keagamaan dan kemampuan untuk
memahami serta mengamalkan nilai-nilai agama. Kefitrahan inilah yang membedakan
manusia dari hewan dan juga yang mengangkat harkat dan martabatnya atau
kemuliaannya disisi Tuhan.
Akan tetapi seiring dengan bekal akal, pikiran dan perasaan itu pula
manusia diselimuti oleh berbagai macam masalah, bahkan ada yang mengatakan
bahwa manusia merupakan makhluk dengan segudang masalah (human with
multiproblem). Dengan berbagai masalah itu ada yang bisa mereka atasi
dengan sendirinya atau mereka memerlukan bantuan orang lain (konselor)
untuk mengatasi masalah yang dihadapinya. Adapun dalam
menyelesaikan suatu masalah dibutuhkan kecerdasan intelektual, emosional,
sosial dan spiritual.
DAFTAR PUSTAKA
·
Syamsudin Muhammad, 1997,
Manusia dalam Pandangan KH. A. Azhar
Basyir, MA, Yogyakarta: Tititan Ilahi Press
·
Munifah Siti, 2006, Bimbingan
Konseling, STKIP Ponorogo
·
Yusuf, Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan
Bimbingan dan Konseling,Bandung : Remaja Rosdakarya
·
Salahudin Anas, 2009, Bimbingan
dan Konseling, Bandung : Pustaka Setia
·
W.J.S Poerwadarminta, 1985, Kamus Umum Bahasa Indonesia , Jakarta : PN Balai Pustaka
·
Vardiansyah, Dani. 2008, Filsafat
Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Indeks, Jakarta
·
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/05/manusia-dan-masalahnya/
[2]Yusuf,
Syamsu dan Nurishan, A. Juntika, 2006, Landasan Bimbingan dan Konseling,Bandung
: Remaja Rosdakarya, hal 108
[3]Ibid, hal
109
[4]Ibid, hal
111
[5] Ibid,
hal 135
[6] Ibid,
hal 136
[7] Ibid,
hal 137
[8]Ibid, hal
137
[9] Ibid,
hal 111
[10] Ibid,
hal 112
[11]Ibid,
hal 113
[12]Syamsudin
Muhammad, 1997, Manusia dalam Pandangan
KH. A. Azhar Basyir, MA, Yogyakarta: Tititan
Ilahi Press , hal 85
[13] Ibid,
hal 86
[14] Ibid,
hal 88
[15] Ibid,
hal 89
[16]Ibid,
hal 91
[19]Supriyo dkk. 2003. Bimbingan dan
Konseling. Semarang: Perc. Swadaya Manunggal, Semarang. Hal 69
[21]Ibid,
hal 79
[22]Ibid,
hal 86
[23]Ibid,hal 91
[24]Salahudin Anas, 2009, Bimbingan dan
Konseling, Bandung : Pustaka Setia, hal 19
AGEN TERPERCAYA
ReplyDeleteMIX PARLAY
BERITA BOLA
Mariobola adalah agen Mix Parlay terbesar Saat ini di Indonesia yang sudah tidak diragukan lagi dalam hal melayani dan membantu masalah yang dihadapi member dalam hal pembuatan akun dan masalah games.
Hanya dengan 1 User ID anda bisa bermain semua game, buruan daftar di Mariobola.
Ayo Join Mariobola Sekarang Juga
Promo Yang berlaku Di www.mariobola.net
HOT PROMO :
- Bonus Deposit 10% Setiap hari (max 200 Rb) Minimal TO 2x
- Bonus Cashback Mingguan Di Sportbook 5% - 15%
- Bonus Refrensi 2,5% Seumur Hidup Di Permainan Sportbook
- Bonus Rollingan Casino 0.8%
Diskon Togel :
Discount 4D : 66.00% , 3D : 59.5.00% , 2D : 29.5.00%
Kombinasi = 5%
Shio = 12%
Colok Angka (1A) = 5%
Colok Macau (2A) = 15%
Colok Naga (3A) = 15%
Colok Jitu = 8%
Silakan Bossku^^