Gangguan Kepribadian
Apa yang biasanya terbesit dalam pikiran anda jika mendengar kata “Gangguan Kepribadian” ? mungkin sebagian dari anda menganggap bahwa gangguan kepribadian sama dengan gangguan jiwa. Namun dalam ilmu Psikologi, gangguan kepribadian berbeda dengan gangguan jiwa. Hal yang paling memudahkan kita untuk membedakan antaragangguan kepribadian dengan gangguan jiwa adalah, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian masih dapat bekerja, sedangkan seseorang yang memiliki gangguan jiwa tidak dapat bekerja dengan baik. Meskipun keduanya sama-sama dapat mempengaruhi fungsi sosial mereka.
Gangguan kepribadian adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan ekstrim.
Berikut adalah klasifikasi gangguan kepribadian menurut DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) :
Kelompok A (Aneh Dan Eksentrik)
Paranoid, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan rasa ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap apa pun. Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid, memiliki kecurigaan yang berlebihan, selalu waspada, berpikiran negatif, sangat sensitif terhadap kritikan dan komentar dari orang lain, mudah tersinggung, pemarah, memandang orang lain sebagai penyebab dari masalahnya, dan memiliki hubungan sosial yang buruk.
Mengapa seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki hubungan sosial yang buruk? Karena mereka selalu mempertanyakan hubungan pertemanan yang tulus, dan mencurigai kesetiaan dalam suatu hubungan percintaan. Sehingga sebagian besar orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid tidak menikah, dan tidak memiliki teman.
Schizoid, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan kurangnya minal sosial, menarik diri dari lingkungan, penyendiri, dan tidak memiliki ekspresi emosional (datar). Seseorang dengan gangguan kepribadian schizoid kurang memiliki minat sosial dengan lingkungannya, namun biasanya mereka mengalihkannya dengan memberikan kasihsayang mereka terhadap hewan. Beberapa dari mereka memiliki hewan peliharaan dan mencurhakan perhatian serta waktunya untuk hewan peliharaannya.
Pada pria, biasanya tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan wanita (berkencan atau menikah), terlihat tidak memiliki minat seksual namun mereka melihat/menonton hal-hal porno, mengintip wanita yang sedang mandi, dan/atau berfantasi melakukan hubungan seks.
Pada wanita, mereka menerima pernikahan namun cenderung datar (dingin), dan pasif dalam berhubungan. Dalam halini meliputi berhubungan seksual denga suaminya, dan pasif mengembangkan ikatan emosional.
Skizotipal, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan rasa tidak nyaman dalam hubungan dengan orang lain, penyimpangan pola pikir, memiliki persepsi dan perilaku yang aneh.
Mereka biasanya berpenampilan berantakan, menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak umum, seperti berbicara sendiri. pembicaraan mereka tidak jelas sehingga sulit dimengerti. Umumnya mereka mempercayai takhayul. Mereka juga memiliki pikiran paranoid (takut disakiti oleh orang lain) sehingga mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.
Kelompok B (Berlebihan, Dramatis, Emosional, Dan Tidak Menentu)
Antisosial, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan adanya sikap yang mengabaikan norma, tidak patuh pada peraturan, berulang kali melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain, dan melanggar hukum. Mereka tidak memiliki tanggung jawab atau pun penyesalan atas kesalahan yang mereka lakukan. Mereka sering berpindah-pindah tempat bekerja.
Borderline, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan ketidakstabilan dalam hubungan, citra diri, dan mood serta tidak bisa mengendalikan dorongan (emosi). Ketidakstabilan dalam citra diri membuat mereka berada dalam perasaan kosong dan kebosanan terus menerus. Mereka kesulitan dalam mengendalikan kemarahan dan rentan terhadap perkelahian, dan sering melakukan percobaan bunuh diri.
Mereka sangat takut sendiri dan akan melakukan usaha-usaha nekat untuk menghindari perasaan ditinggalkan. Ketakutan ditinggalkan membuat mereka menjadi pribadi yang menuntut secara sosial. Perasaan mereka terhadap orang lain sangat mendalam dan berubah-ubah, mereka silih berganti melakukan pemujaan yang berlebihan (saat kebutuhan mereka terpenuhi) dan memendam kebencian (saat mereka merasa terabaikan). Seringkali berpindah-pindah pasangan secara cepat dan menggebu-gebu.
Histrionic, adalah gangguan yang didasari dengan kebutuhan yang berlebihan akan perhatian, pujian, dan dukungan. Dalam gangguan kepribadian histrionic melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian. Mereka cenderung dramatis dan emosional yang dibesar-besarkan dan mudah berubah.
Mereka dapat menunjukkan keriangan yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak menyadari gaya penampilan mereka yang baru.
Mereka cenderung menuntut agar orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan mereka.
Narsistik, adalah gangguan yang didasari dengan memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang berlebihan akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujaninya dengan pujian. Mereka sangat peka terhadap kritik. Cenderung marah jika dikritik. Mereka kurang memiliki empati dengan orang lain dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan dirinya, seringkali memanfaatkan orang lain, dan memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
Kelompok C (Cemas Dan Ketakutan)
Avoidant, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan sifat pemalu, menghindari hubungan sosial karena takut akan penolakan dan kritik. Mereka tidak akan memasuki hubungan tanpa ada jaminan penerimaan. Mereka menghindari percakapan dengan orang lain, dan menyendiri.
Mereka selalu memiliki rasa takut dipermalukan di depan publik. Cenderung terikat pada rutinitas. Mereka mengartikan komentar orang lain sebagai penghinaan atau ejekan.
Dependent, adalah gangguan kepribadian yang didasari oleh kesulitan dalam membuat keputusan yang mandiri dan perilaku bergantung pada orang lain yang berlebihan, pesimis, peragu, dan pasif. Merasa sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain, dan mencari saran dalam membuat keputusan kecil sekalipun. Mereka sering mengesampingkan kebutuhannya demi orang lain, dan rela dihina demi menyenangkan orang lain.
Obsessive Compulsive, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan kekakuan dalam berhubungan dengan orang lain, cenderung perfeksionis, sangat teratur dan sulit mengekspresikan perasaan. Apa yang mereka lakukan selalu gagal memenuhi harapan mereka dan mereka selalu memaksa diri untuk mengerjakan ulang pekerjaan mereka. Mereka selalu membuat daftar proritas tugas dengan sistematis, namun tidak pernah memulainya. Mereka sulit menikmati waktu rekreasi karena memikirkan biaya dari aktivitas senggang tersebut, dan cenderung tidak memiliki rasa humor.
Sumber :
Psikologi Abnormal. Gerald C. Davidson, John M. Neale, Ann M Kring. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2006.
@psikologiID
Narsisme, Pengertian dan Gejalanya
Narsisme, Pengertian Dan Gejalanya
Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.
Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.
Lebih lanjut Fromm berpendapat, narsisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senatiasa dianggap tidak nyata, inferior, tidak memiliki arti, dan karenanya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun (Pikiran Rakyat, 14/04/2003).
Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas, Jumat, 01 April 2005).
Sedangkan menurut Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.
Lebih lanjut menurut Menurut Sadarjoen (2003) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku narsistik ditandai dengan kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian selain itu juga tumbuh perasaan paling mampu, paling unik.
(Sumber : wikipedia, Duniapsikologi)
BUKU "MENJADI SUFI YANG KAYA"
Tasawuf sangat berkesan dalam mendidik jiwa manusia, memberikan ketenangan hati dan mengisi kekosongan jiwa. Secara prinsip tiada seorang pun yang dapat menafikan adanya konsep tasawuf dalam tradisi Islam. Sehingga setelah memahami kepentingan tasawuf, banyak sarjana Muslim mengatakan bahawa ia adalah salah satu aspek penting ajaran Islam.
Namun pada kenyataannya tasawwuf merupakan salah satu
subjek yang sering disalahfahami oleh banyak orang, baik di kalangan Muslim
sendiri maupun orang bukan Islam.
Hal ini berlaku di antaranya adalah karena tasawuf
telah melalui evolusi dan perkembangan yang jauh. Di Abad modern ini, di mana
kehidupan masyarakat didominasi oleh worldview sekuler,
tasawuf menjadi sesuatu yang asing dan terpinggir. Malahan, ada kalangan
yang beranggapan bahwa orang-orang yang mengamalkan tasawuf adalah orang-orang
yang kolot dan berfikir ke belakang.
Ketika dunia modern semakin hanyut dengan materialisme
dan hedonisme, peranan tasawuf dirasakan amat signifikan dalam usaha mengatasi
permasalahan dan dilema yang dihadapi oleh masyarakat hari ini.
Sikap manusia terhadap dunia sebagaimana yang telah diharapkan oleh Al Qur’an
dan Al Hadist mempunyai nilai sangat positif dan merupakan senjata
yang ampuh bagi manusia dalam menghadapi kehidupan yang berubah-ubah, khususnya
di abad modern ini yang sarat dengan problema, baik psikis, ekonomis, dan etis.
Tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu keislaman tidak bisa keluar dari
kerangka itu. Ajaran tasawuf klasik, khususnya yang menyangkut konsep zuhud
sebagai maqam, diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan
isolasi terhadap duniawi semata-mata ingin bertemu dan ma’rifat kepada Allah
SWT. Sehingga, zuhud dapat dijadikan sebagai benteng membangun diri dalam
menghadapi gemerlapnya materi.
Buku “MENJADI
SUFI YANG KAYA” ini merupakan suatu buku bacaan yang sangat penting untuk
dapat lebih mengenal makna zuhud yang dilakukan Sufi dengan sebenarnya.
Kebanyakan masyarakat hari ini memahami zuhud sebagai cara hidup yang meninggalkan
dunia, berpakaian lusuh, makan dan minum ala kadarnya tidak berkhasiat, tidak
memiliki harta benda dan rumah yang kurang baik, menggunakan kendaraan yang
buruk atau tidak berkendaraan langsung. Sebenarnya menjalani hidup sebagai
seorang sufi bukan berarti harus hidup miskin. Yang penting hati kita tidak
terikat oleh harta, dan tetap terpaut kepada Allah.
Buku ini juga sedikit menggambarkan beberapa kisah
seorang sufi yang kaya raya dengan hartanya yang hidupnya tidak terikat oleh
harta yang mereka miliki dan hati mereka tetap terpaut kepada Allah.
Gangguan Kecemasan / Anxiety Disorder
Gangguan Kecemasan / Anxiety Disorder
Gangguan kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang mengancam ataupun dirasa mengancam. Kecemasan terkadang tidak jelas objeknya, mengapa seseorang bisa menjadi cemas. Seseorang sering cemas terhadap sesuatu, dapat mengembangkan kepribadian yang “pencemas” (apapun akan disikapi dengan kecemasan) sehingga akan menimbulkan gangguan.
Gangguan kecemasan secara umum jika seseorang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan suatu pertolongan, dan tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil (Sumadinata, 2004).
Definisi Kecemasan
Kecemasan sebagai keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, dkk. 2003)
Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence mechanism (Freud & Corey, 2005)
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan menigkatnya ketegangan fisiologis. Suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu situasi yang mengancam dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis, dan dengan perilaku yang tampak (davison, dkk. 2006).
Ciri-ciri Kecemasan
Fisik : Gelisah, gugup. Tangan dan angoota badan yang lain bergetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongn terasa kering, sulit bicara, sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, pusing, merasa lemas, mati rasa, sering buang air kecil.
Kognitif : Khaawatir tentang sesuatu, perasaan tegang, keyakinan bahwa sesuatu yang buruk akan segera terjadi tanpa alasan yang jelas, takut kehilangan kontrol, takut akan tidak mampu mengatasi masalah, dll.
Perilaku : Menghidar, lekat dan dependen, terguncang, sensitif, mudah marah (Nevid, 2003)
Manifestasi Kecemasan
- Kognitif (dalam pikiran individu)
- Motorik ( dalam tingkah laku)
- Somatik (dalam reaksi, baik fisik maupun biologis)
- Afektif ( dalam emosi individu)
Jenis-jenis Kecemasan Menurut Sigmund Freud
- Kecemasan Realistik. Secara normal, kecemasan realistik sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Sering juga kecemasan realistik disebut degan ketakutan. Sumber dari kecemasan realistik sangat jelas karena memang membahayakan secara fisik. Misalkan dalam kondisi perang, terancam dengan binatang buas, dll.
- Kecemasan Moral. Kecemasan moral tidak dirasakan dari dunia luar atau dari fisik. Tetapi dari dunia sosial individu.Super ego yang sudah terintregasi dalam inidividu. Kecemasan moral ini diantara lain adalah misalkan rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat teguran maupun hukuman, dll.
- Kecemasan Neurotik. Kecamasan neurotik ini menimbulkan perasaan takut yang muncul akibat rangsangan-rangsangan dari id. Induvidu akan menjadi gugup, tidak mampu mengandalikan diri, perilaku, akal, bahkan pikiran. Kecemasan neurotik merurpakan sumber terbanyak yang membuat individu terganggu secara psikologis.
(Sumber : Gangguan kecemasan http://irwan-wicaksono.blogspot.com )
Popular Posts
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam ilmu tasawuf terdapat konsep yang disebut dengan insan kamil. Insan kamil diartikan seb...
-
Tema Interviewer : Ade Suherman Interviewee : S.S Tanggal pelaksanaan : 4 April 2014 Tempat pel...
-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dilahirkan didunia dengan dibekali akal, pikiran, dan perasaan. Dengan bekal it...
Mengenai Saya
Powered by Blogger.