Blogger Widgets

Kepribadian Manusia Seutuhnya

Kepribadian pada hakikatnya merupakan gambaran sikap dan perilaku manusia secara umum yang tercermin dari ucapan dan perbuatannya. Kepribadian adalah corak kebiasaan yang terhimpun dalam diri dan digunakan untuk bereaksi dan menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan, baik yang datang dari dalam maupun dari luar.
1.       Pengertian kepribadian Menurut Allport (seorang ahli Psikologi), kepribadian adalah organisasi yang dinamis dari sistem psiko-fisik yang unik (khas) pada diri individu yang turut menentukan cara-cara penyesuaian ciirinya dengan lingkungan.
Sigmund Freud (1856-1939), seorang sarjana psikologi Jerman yang dianggap sebagai pelopor psikoanalisis, menyebutkan bahwa kepribadian (jiwa) dibentuk oleh tiga kekuatan, yaitu id (ech), super ego (uber ich), dan ego (ich).
Id (nafsu/keinginan) berisi dorongan-dorongan primitif yang belum dipengaruhi oleh kebudayaan/ hasil belajar, seperti dorongan seks, agresi, amarah, dan yang bersifat traumatik. Id ini berada di alam ketidaksadaran, sehingga kemunculannya sukar untuk dikendalikan.
Superego (akal sehat) berisi dorongan-dorongan untuk berbuat baik sebagai hasil belajar terhadap lingkungan alam clan kebudayaan. Superego berfungsi sebagai filter untuk menyaring dan mengawasi dorongan-dorongan yang berasal dari id.
Ego (perilakuitindakan) adalah sistem energi yang langsung berhubungan dengan dunia luar. Apabila ego lemah sehingga dapat dikuasai oleh id, maka individu itu akan mengalami psikopati (dikuasai dorongan primitif, sehingga sering melanggar norma/aturan). Apabila ego dikuasai superego, maka individu itu akan neurosis (tidak dapat menyalurkan dorongan primitifnya, sehingga hidupnya tertekan). Untuk menyalurkan dorongan primitif yang tidak dibenarkan oleh superego, maka ego mengembangkan mekanisme pertahanan diri (defense mechanism).
Menurut Freud, ada 9 mekanisme pertahanan diri dalam diri individu, yaitu sebagai berikut.
1)             Repression (represi). Pengalaman yang menyakitkan akan ditekan ke alam ketidaksadaran.
2)    Reaction formation (pembentukan reaksi). Individu bereaksi sebaliknya dari yang diinginkan agar tidak melanggar norma-norma.
3)               Displacement (penempatan diri yang tidak tepat). Pihak ketiga yang menjadi sasaran karena ia tidak mampu melakukan kepada pihak kedua.
4)      Projection (diproyeksikan). Kesalahan sendiri dilemparkan atau dituduhkan kepada orang lain.
5)               Rationalization (mencari pembenaran). Mencari alasan yang masuk akal untuk menutupi kesalahan atau kelemahannya.
6)     Surpression (menekan diri). Menekan dorongan yang dianggap melanggar nilai dan norma ke alam ketidaksadaran.
7)        Sublimation (mencari tindakan yang lebih sesuai). Dorongan atau keinginan yang dilarang oleh superego (akal sehat), tetapi tetap dilakukan dengan tindakan yang lebih sesuai dengan norma yang berlaku.
8)    Compensation (kompensasi). Menutupi kekuarangan diri sendiri dengan cara berprestasi dalam bidang lain.
9)       Regression (represi). Menutupi kelemahan atau kegagalan dengan cara kembali ke taraf yang lebih rendah. Misalnya: pura-pura sakit, pura-pura tidak mengerti, atau berperilaku seperti anak kecil.
2.       Proses pembentukan kepribadian
Pengaruh lingkungan cukup dominan dalam proses pembentukan kepribadian. Pengertian lingkungan di sini amat luas dan kompleks, mencakup lingkungan keluarga, sekolah, teman sebaya, tempat kerja, nilai-nilai, norma-norma, serta lingkungan fisik, sosial, dan budaya. Lingkungan yang begitu luas dan kompleks itu mempengaruhi kehidupan seseorang sejak ia dilahirkan hingga akhir hayatnya. Manusia selain sebagai makhluk individu juga merupakan makhluk sosial ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Sebagai makhluk individu, manusia memiliki keunikan tersendiri yang berbeda dengan individu-individu lainnya, baik inteligensi, bakat, minat, sifat-sifat, maupun kemauan dan perasaannnya. Sebagai makhluk sosial, manusia bergaul dan berinteraksi sosial dengan manusia¬manusia lain dalam memenuhi kebutuhan dan mempertahankan hidupnya. Jadi, manusia mempunyai kebutuhan sosial, yang mencakup komunikasi, interaksi sosial, hubungan sosial, kerjasama sosial, dan sebagainya. Dalam berinteraksi sosial, setiap individu melakukan proses sosialisasi nilai dan norma sosial budaya. Secara biologic fisiologis, manusia mungkin dapat mempertahankan dirinya pada tingkat kehidupan vegetatif. Tetapi hati nurani dan cita-cita pribadi tidak mungkin dapat terbentuk dan berkembang tanpa pergaulan dengan manusia-manusia lain. Tanpa pergaulan sosial, maka kepribadian manusia tidak akan dapat berkembang sebagai manusia seutuhnya atau sebagai manusia yang beradab. Dalam proses sosialisasi inilah manusia dapat merealisasikan segala potensinya dalam kehidupan masyarakat. Tanpa sosialisasi dan komunikasi sosial maka individu tidak akan dapat meng¬aktualisasikan seluruh potensi yang dimilikinya, seperti bakat, minat, intelegensi, dan cita-citanya. Menurut aliran Kotwergensi, kepribadian (jiwa atau perilaku) merupakan hasil perpaduan antara pembawaan (faktor internal) dengan pengalaman (faktor eksternal). Pembawaan bersumber dari dalam diri individu, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, dan sebagainya. Pengalaman bersumber dari pergaulan, pendidikan, dan pengaruh nilai-nilai dan norma sosial. Pelopor aliran Konvergensi ialah William Stern (1871-1938) seorang ahli Psikologi Jerman.
3.       Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian, antara lain warisan biologis(pembawaan), lingkungan fisik, lingkungan sosial-budaya, pengalaman kelompok, dan pengalaman pribadi yang unik.
a.       Warisan Biologis
Semua individu yang normal mempunyai persamaaan biologis, seperti pancaindera, kelenjar seks, dan syaraf otak. Warisan biologis ini bersifat unik, karena tidak seorang pun di dunia ini memiliki ciri-ciri fisik dan psikis yang sama. Orang umumnya beranggapan bahwa kepribadian tidak lebih dari sekedar penampilan warisan biologis. Dahulu orang beranggapan bahwa karakteristik kepribadian seperti sikap rendah hati, ambisi, kejujuran, kenakalan, kelainan seksual, dan lain-lain timbul karena warisan biologis, atau bersifat pembawaan. Namun sekarang tidak banyak orang yang beranggapan demikian. Perbedaan individual dalam hal kemampuan, prestasi, dan perilaku lain berhuhungan dengan warisan biologis dan pengaruh lingkungan hidupnya. Pada beberapa hal, warisan biologis memang lebih penting daripada faktor lingkungan. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa IQ anak angkat ternyata lebih mirip dengan IQ orang tua kandungnya daripada orang tua angkatnya. Meskipun perbedaan IQ lebih banyak ditentukan oleh keturunan daripada oleh lingkungan, tetapi perbedaan lainnya ditentukan oleh lingkungan. Orang pada umumnya beranggapan bahwa orang gemuk sifatnya periang, orang dengan kening lebar adalah cerdas, orang berambut merah wataknya mudah marah, atau orang dengan rahang lebar mempunyai kepribadian yang kuat. Anggapan umum itu ternyata tidak tepat setelah diuji secara empiris, meskipun ditemukan hubungan yang signifikan. Seorang ahli riset, Bar (1977) membandingkan kelompok sampel yang berambut merah dengan kelompok kendali yang terdiri atas orang-orang dengan macam-macam warna rambut. Ia melaporkan bahwa watak si rambut merah umumnya bersifat mudah marah dan agresif. Disebutkan bahwa ada hubungan genetis antara karakteristik fisik (rambut merah) dengan karakteristik kepribadian (mudah marah, agresif). Ada kemungkinan bahwa hubungan genetis betul-betul terjadi antara karakteristik fisik dengan sifat perilaku. Karakteristik fisik memang ada yang mempengaruhi sifat-sifat perilaku tertentu.
b.      Lingkungan Fisik
Perilaku manusia berhubungan dengan iklim dan lingkungan geografi. Sorokin menyatakan bahwa perbedaan perilaku kelompok sosial lebih banyak disebabkan oleh perbedaan iklim, topografi, dan lingkungan alam lainnya. Teori tersebut sesuai dengan kerangka etnosentris, karena pengaruh geografi memberikan keterangan yang cukup objektif terhadap sifat-sifat manusia. Jadi, lingkungan fisik cenderung mempengaruhi kepribadian seseorang. Suku bangsa Athabascans, misalnya, memiliki kepribadian dominan yang menyebabkan mereka dapat bertahan hidup dalam iklim yang dingin. Suku Qualla dari Peru digambarkan oleh Trotter (1973) sebagai sekelompok masyarakat yang berwatak paling keras di dunia.
c.       Lingkungan Budaya
Setiap kelompok masyarakat mewariskan kebudayaannya kepada anggotanya. Akibatnya timbul konfigurasi kepribadian yang khas dari anggota kelompok tersebut. Itulah sebabnya setiap kelompok masyarakat tidak sama kepribadiannya. Sebabnya, kepribadian erat kaitannya dengan lingkungan sosial budaya yang mempengaruhinya. Sebagai contoh, kepribadian bangsa Indonesia tidak sama dengan kepribadian bangsa-bangsa lain di dunia. Bangsa Indonesia dikenal mempunyai ciri-ciri kepribadian, yang bersifat kekeluargaan, gotong royong, ramah tamah, toleran, dan sebagainya.
d.      Pengalaman Kelompok
Pengalaman kelompok sangat penting untuk ditiru oleh seseorang. Kelompok semacam itu disebut kelompok referens. Pada awalnya, keluarga adalah kelompok yang terpenting, karena merupakan satu-satunya kelompok social yang dimiliki oleh bayi selama masa-masa yang paling peka. Kepribadian individu dibentuk pada tahun-tahun pertama dalam lingkungan keluarganya. Beberapa waktu kemudian, kelompok sebaya/sepermainan, yaitu kelompok yang sama usia dan kedudukannya menjadi penting sebagai suatu kelompok referens. Kegagalan untuk mendapatkan pengakuan sosial dalam kelompok sepermainan seringkali di ikuti oleh pola penolakan sosial. Masyarakat majemuk terdiri atas banyak kelompok sosial yang masing-masing memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, bahkan kadang-kadang saling bertentangan. Dalam setiap kelompok, orang bergerak dan berinteraksi dengan sejumlah kelompok dengan standar nilai dan norma yang berbeda-beda, sehingga orang harus mampu menentukan cara untuk mengatasi tantangan yang serba bertentangan itu.
e.      Pengalaman Pribadi yang Unik
 Apa sebab anak-anak yang dibesarkan di lingkungan keluarga yang sama, tetapi ternyata memiliki kepribadian yang berbeda? Sebabnya, mereka tidak mendapatkan pengalaman yang benar-benar persis sama. Orang tua biasanya tidak memperlakukan anak-anaknya dengan cara yang persis sama. Pengalaman pribadi dalam keluarga ini kemudian diperluas di lingkungan sekolah dan teman sepermainannya. Hal itu disebabkan anak-anak memiliki kelompok teman sebaya yang berbeda, guru-guru yang berbeda, dan peristiwa yang berbeda-beda pula. Setiap individu mempunyai pengalaman pribadi masing-masing. Pengalaman pribadi setiap orang berbeda-beda. Perbedaan tersebut disebabkan oleh perbedaan lingkungan kehidupan dan kebudayaannya. Pengalaman hidup orang-orang yang dibesarkan di daerah perkotaan tentu saja akan berbeda dengan pengalaman hidup orang-orang yang dibesarkan di pedesaan. Pengalaman hidup yang komplek, terbuka, dan dinamis menyebabkan perilaku remaja-remaja kota lebih agresif, pemberani dan terbuka. Sebaliknya pengalaman hidup yang sederhana, tradisional, bersifat tertutup terhadap perubahan menyebabkan para remaja desa lebih bersifat pemalu, kaku, dan tertutup.


Gangguan Kepribadian

histrionic_alpha_wave
Apa yang biasanya terbesit dalam pikiran anda jika mendengar kata “Gangguan Kepribadian” ? mungkin sebagian dari anda menganggap bahwa gangguan kepribadian sama dengan gangguan jiwa. Namun dalam ilmu Psikologi, gangguan kepribadian berbeda dengan gangguan jiwa. Hal yang paling memudahkan kita untuk membedakan antaragangguan kepribadian dengan gangguan jiwa adalah, seseorang yang memiliki gangguan kepribadian masih dapat bekerja, sedangkan seseorang yang memiliki gangguan jiwa tidak dapat bekerja dengan baik. Meskipun keduanya sama-sama dapat mempengaruhi fungsi sosial mereka.
Gangguan kepribadian adalah pola perilaku atau cara berhubungan dengan orang lain yang kaku. Kekakuan tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan ekstrim.
Berikut adalah klasifikasi gangguan kepribadian menurut DSM (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders) :

Kelompok A (Aneh Dan Eksentrik)

Paranoid, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan rasa ketidakpercayaan yang berlebihan terhadap apa pun. Seseorang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid, memiliki kecurigaan yang berlebihan, selalu waspada, berpikiran negatif, sangat sensitif terhadap kritikan dan komentar dari orang lain, mudah tersinggung, pemarah, memandang orang lain sebagai penyebab dari masalahnya, dan memiliki hubungan sosial yang buruk.
conditions-disorders_personality_paranoid
Mengapa seseorang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki hubungan sosial yang buruk? Karena mereka selalu mempertanyakan hubungan pertemanan yang tulus, dan mencurigai kesetiaan dalam suatu hubungan percintaan. Sehingga sebagian besar orang yang memiliki gangguan kepribadian paranoid tidak menikah, dan tidak memiliki teman.
Schizoid, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan kurangnya minal sosial, menarik diri dari lingkungan, penyendiri, dan tidak memiliki ekspresi emosional (datar). Seseorang dengan gangguan kepribadian schizoid kurang memiliki minat sosial dengan lingkungannya, namun biasanya mereka mengalihkannya dengan memberikan kasihsayang mereka terhadap hewan. Beberapa dari mereka memiliki hewan peliharaan dan mencurhakan perhatian serta waktunya untuk hewan peliharaannya.
Schizoid-Personality-Disorder
Pada pria, biasanya tidak memiliki keinginan untuk menjalin hubungan dengan wanita (berkencan atau menikah), terlihat tidak memiliki minat seksual namun mereka melihat/menonton hal-hal porno, mengintip wanita yang sedang mandi, dan/atau berfantasi melakukan hubungan seks.
Pada wanita, mereka menerima pernikahan namun cenderung datar (dingin), dan pasif dalam berhubungan. Dalam halini meliputi berhubungan seksual denga suaminya, dan pasif mengembangkan ikatan emosional.
Skizotipal, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan rasa tidak nyaman dalam hubungan dengan orang lain, penyimpangan pola pikir, memiliki persepsi dan perilaku yang aneh.
paranoid
Mereka biasanya berpenampilan berantakan, menunjukkan sikap dan perilaku yang tidak umum, seperti berbicara sendiri. pembicaraan mereka tidak jelas sehingga sulit dimengerti. Umumnya mereka mempercayai takhayul. Mereka juga memiliki pikiran paranoid (takut disakiti oleh orang lain) sehingga mereka cenderung menarik diri dari lingkungan sosial.

Kelompok B (Berlebihan, Dramatis, Emosional, Dan Tidak Menentu)

Antisosial, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan adanya sikap yang mengabaikan norma, tidak patuh pada peraturan, berulang kali melakukan pelanggaran terhadap hak orang lain, dan melanggar hukum. Mereka tidak memiliki tanggung jawab atau pun penyesalan atas kesalahan yang mereka lakukan. Mereka sering berpindah-pindah tempat bekerja.
120762_anak-antisosial_663_382
Borderline, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan ketidakstabilan dalam hubungan, citra diri, dan mood serta tidak bisa mengendalikan dorongan (emosi). Ketidakstabilan dalam citra diri membuat mereka berada dalam perasaan kosong dan kebosanan terus menerus. Mereka kesulitan dalam mengendalikan kemarahan dan rentan terhadap perkelahian, dan sering melakukan percobaan bunuh diri.
borderline_personality_disorder_stockxpertcom_id26342661_jpg_1
Mereka sangat takut sendiri dan akan melakukan usaha-usaha nekat untuk menghindari perasaan ditinggalkan. Ketakutan ditinggalkan membuat mereka menjadi pribadi yang menuntut secara sosial. Perasaan mereka terhadap orang lain sangat mendalam dan berubah-ubah, mereka silih berganti melakukan pemujaan yang berlebihan (saat kebutuhan mereka terpenuhi) dan memendam kebencian (saat mereka merasa terabaikan). Seringkali berpindah-pindah pasangan secara cepat dan menggebu-gebu.
Histrionic, adalah gangguan yang didasari dengan kebutuhan yang berlebihan akan perhatian, pujian, dan dukungan. Dalam gangguan kepribadian histrionic melibatkan emosi yang berlebihan dan kebutuhan yang besar untuk menjadi pusat perhatian. Mereka cenderung dramatis dan emosional yang dibesar-besarkan dan mudah berubah.
DPD-couple
Mereka dapat menunjukkan keriangan yang berlebihan saat bertemu dengan seseorang atau menjadi sangat marah saat seseorang tidak menyadari gaya penampilan mereka yang baru.
Mereka cenderung menuntut agar orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka dan berperan sebagai korban saat orang lain mengecewakan mereka.
Narsistik, adalah gangguan yang didasari dengan memiliki rasa bangga atau keyakinan yang berlebihan terhadap diri mereka sendiri dan kebutuhan yang berlebihan akan pemujaan. Mereka membesar-besarkan prestasi mereka dan berharap orang lain menghujaninya dengan pujian. Mereka sangat peka terhadap kritik. Cenderung marah jika dikritik. Mereka kurang memiliki empati dengan orang lain dan berpura-pura simpati hanya untuk mencapai kepentingan dirinya, seringkali memanfaatkan orang lain, dan memiliki harga diri yang rapuh dan rentan terhadap depresi.
Narsis

Kelompok C (Cemas Dan Ketakutan)

Avoidant, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan sifat pemalu, menghindari hubungan sosial karena takut akan penolakan dan kritik. Mereka tidak akan memasuki hubungan tanpa ada jaminan penerimaan. Mereka menghindari percakapan dengan orang lain, dan menyendiri.
avoidant_personality_disorder_by_embracelife-d31j8eo
Mereka selalu memiliki rasa takut dipermalukan di depan publik. Cenderung terikat pada rutinitas. Mereka mengartikan komentar orang lain sebagai penghinaan atau ejekan.
Dependent, adalah gangguan kepribadian yang didasari oleh kesulitan dalam membuat keputusan yang mandiri dan perilaku bergantung pada orang lain yang berlebihan, pesimis, peragu, dan pasif. Merasa sangat sulit melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain, dan mencari saran dalam membuat keputusan kecil sekalipun. Mereka sering mengesampingkan kebutuhannya demi orang lain, dan  rela dihina demi menyenangkan orang lain.
iStock_000011441892XSmall
Obsessive Compulsive, adalah gangguan kepribadian yang didasari dengan kekakuan dalam berhubungan dengan orang lain, cenderung perfeksionis, sangat teratur dan sulit mengekspresikan perasaan. Apa yang mereka lakukan selalu gagal memenuhi harapan mereka dan mereka selalu memaksa diri untuk mengerjakan ulang pekerjaan mereka. Mereka selalu membuat daftar proritas tugas dengan sistematis, namun tidak pernah memulainya. Mereka sulit menikmati waktu rekreasi karena memikirkan biaya dari aktivitas senggang tersebut, dan cenderung tidak memiliki rasa humor.
no-se-debe-confundir-bulimia-con-la-anorexia_large
Sumber :
Psikologi Abnormal. Gerald C. Davidson, John M. Neale, Ann M Kring. Jakarta. PT Raja Grafindo Persada, 2006.
@psikologiID

Narsisme, Pengertian dan Gejalanya

narsisme
narsisme

Narsisme, Pengertian Dan Gejalanya

Narsisisme (dari bahasa Inggris) atau narsisme (dari bahasa Belanda) adalah perasaan cinta terhadap diri sendiri yang berlebihan. Orang yang mengalami gejala ini disebut narsisis (narcissist). Istilah ini pertama kali digunakan dalam psikologi oleh Sigmund Freud dengan mengambil dari tokoh dalam mitos Yunani, Narkissos (versi bahasa Latin: Narcissus), yang dikutuk sehingga ia mencintai bayangannya sendiri di kolam. Tanpa sengaja ia menjulurkan tangannya, sehingga ia tenggelam dan tumbuh bunga yang sampai sekarang disebut bunga narsis.
narsisme
narsisme
Sifat narsisisme ada dalam setiap manusia sejak lahir, bahkan Andrew Morrison berpendapat bahwa dimilikinya sifat narsisisme dalam jumlah yang cukup akan membuat seseorang memiliki persepsi yang seimbang antara kebutuhannya dalam hubungannya dengan orang lain. Narsisisme memiliki sebuah peranan yang sehat dalam artian membiasakan seseorang untuk berhenti bergantung pada standar dan prestasi orang lain demi membuat dirinya bahagia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, dapat menjadi suatu kelainan kepribadian yang bersifat patologis. Kelainan kepribadian atau bisa disebut juga penyimpangan kepribadian merupakan istilah umum untuk jenis penyakit mental seseorang, dimana pada kondisi tersebut cara berpikir, cara memahami situasi dan kemampuan berhubungan dengan orang lain tidak berfungsi normal. Kondisi itu membuat seseorang memiliki sifat yang menyebabkannya merasa dan berperilaku dengan cara-cara yang menyedihkan, membatasi kemampuannya untuk dapat berperan dalam suatu hubungan. Seseorang yang narsis biasanya memiliki rasa percaya diri yang sangat kuat, namun apabila narsisme yang dimilikinya sudah mengarah pada kelainan yang bersifat patologis, maka rasa percaya diri yang kuat tersebut dapat digolongkan sebagai bentuk rasa percaya diri yang tidak sehat, karena hanya memandang dirinya lah yang paling hebat dari orang lain tanpa bisa menghargai orang lain.
Narsis
narsis
Lebih lanjut Fromm berpendapat, narsisme merupakan kondisi pengalaman seseorang yang dia rasakan sebagai sesuatu yang benar-benar nyata hanyalah tubuhnya, kebutuhannya, perasaannya, pikirannya, serta benda atau orang-orang yang masih ada hubungan dengannya. Sebaliknya, orang atau kelompok lain yang tidak menjadi bagiannya senatiasa dianggap tidak nyata, inferior, tidak memiliki arti, dan karenanya tidak perlu dihiraukan. Bahkan, ketika yang lain itu dianggap sebagai ancaman, apa pun bisa dilakukan, melalui agresi sekalipun (Pikiran Rakyat, 14/04/2003).
narcisme
narcisme
Menurut Spencer A Rathus dan Jeffrey S Nevid dalam bukunya, Abnormal Psychology (2000), orang yang narcissistic atau narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan. Mereka senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian. Menurut Rathus dan Nevid (2000) dalam bukunya, Abnormal Psychology orang yang narsistik memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian (Kompas, Jumat, 01 April 2005).
narisme
narsisme
Sedangkan menurut Papu (2002) yang mengutip DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders – Fourth Edition) orang yang narsistik akan mengalami gangguan kepribadian, gangguan kepribadian yang dimaksud adalah gangguan kepribadian narsisistik atau narcissistic personality disorder. Gangguan kepribadian ini ditandai dengan ciri-ciri berupa perasaan superior bahwa dirinya adalah paling penting, paling mampu, paling unik, sangat eksesif untuk dikagumi dan disanjung, kurang memiliki empathy, angkuh dan selalu merasa bahwa dirinya layak untuk diperlakukan berbeda dengan orang lain.
Lebih lanjut menurut Menurut Sadarjoen (2003) yang mengutip Mitchell JJ dalam bukunya, The Natural Limitations of Youth, ada lima penyebab kemunculan narsis pada remaja, yaitu adanya kecenderungan mengharapkan perlakuan khusus, kurang bisa berempati sama orang lain, sulit memberikan kasih sayang, belum punya kontrol moral yang kuat, dan kurang rasional. Kedua aspek terakhir inilah yang paling kuat memicu narsisme yang berefek gawat.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku narsistik ditandai dengan kecenderungan untuk memandang dirinya dengan cara yang berlebihan, senang sekali menyombongkan dirinya dan berharap orang lain memberikan pujian selain itu juga tumbuh perasaan paling mampu, paling unik.
(Sumber : wikipedia, Duniapsikologi)

BUKU "MENJADI SUFI YANG KAYA"


Tasawuf sangat berkesan dalam mendidik jiwa manusia, memberikan ketenangan hati dan mengisi kekosongan jiwa. Secara prinsip tiada seorang pun yang dapat menafikan adanya konsep tasawuf dalam tradisi Islam. Sehingga setelah memahami kepentingan tasawuf, banyak sarjana Muslim  mengatakan bahawa ia adalah salah satu aspek penting ajaran Islam.

Namun pada kenyataannya tasawwuf merupakan salah satu subjek yang sering disalahfahami oleh banyak orang, baik di kalangan Muslim sendiri maupun orang bukan Islam.

Hal ini berlaku di antaranya adalah karena tasawuf telah melalui evolusi dan perkembangan yang jauh. Di Abad modern ini, di mana kehidupan masyarakat didominasi oleh worldview  sekuler, tasawuf menjadi sesuatu yang asing dan terpinggir. Malahan, ada  kalangan yang beranggapan bahwa orang-orang yang mengamalkan tasawuf adalah orang-orang yang kolot dan berfikir ke belakang.
Ketika dunia modern semakin hanyut dengan materialisme dan hedonisme, peranan tasawuf dirasakan amat signifikan dalam usaha mengatasi permasalahan dan dilema  yang dihadapi oleh masyarakat hari ini. Sikap manusia terhadap dunia sebagaimana yang telah diharapkan oleh Al Qur’an dan Al Hadist mempunyai nilai sangat positif  dan merupakan senjata yang ampuh bagi manusia dalam menghadapi kehidupan yang berubah-ubah, khususnya di abad modern ini yang sarat dengan problema, baik psikis, ekonomis, dan etis. Tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu keislaman tidak bisa keluar dari kerangka itu. Ajaran tasawuf klasik, khususnya yang menyangkut konsep zuhud sebagai maqam, diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan isolasi terhadap duniawi semata-mata ingin bertemu dan ma’rifat kepada Allah SWT. Sehingga, zuhud dapat dijadikan sebagai benteng membangun diri dalam menghadapi gemerlapnya materi.

Buku “MENJADI SUFI YANG KAYA” ini merupakan suatu buku bacaan yang sangat penting untuk dapat lebih mengenal makna zuhud yang dilakukan Sufi dengan sebenarnya. Kebanyakan masyarakat hari ini memahami zuhud sebagai cara hidup yang meninggalkan dunia, berpakaian lusuh, makan dan minum ala kadarnya tidak berkhasiat, tidak memiliki harta benda dan rumah yang kurang baik, menggunakan kendaraan yang buruk atau tidak berkendaraan langsung. Sebenarnya menjalani hidup sebagai seorang sufi bukan berarti harus hidup miskin. Yang penting hati kita tidak terikat oleh harta, dan tetap terpaut kepada Allah.



Buku ini juga sedikit menggambarkan beberapa kisah seorang sufi yang kaya raya dengan hartanya yang hidupnya tidak terikat oleh harta yang mereka miliki dan hati mereka tetap terpaut kepada Allah. 

[Ade Suherman]

Untuk membaca dan mendownload isi bukunya klik link di bawah ini.
Download

Gangguan Kecemasan / Anxiety Disorder

Gangguan Kecemasan

Gangguan Kecemasan / Anxiety Disorder

Gangguan kecemasan berhubungan dengan sesuatu yang mengancam ataupun dirasa mengancam. Kecemasan terkadang tidak jelas objeknya, mengapa seseorang bisa menjadi cemas. Seseorang sering cemas terhadap sesuatu, dapat mengembangkan kepribadian yang “pencemas” (apapun akan disikapi dengan kecemasan) sehingga akan menimbulkan gangguan.
Gangguan kecemasan secara umum jika seseorang merasa khawatir karena menghadapi situasi yang tidak bisa memberikan jawaban yang jelas, tidak bisa mengharapkan suatu pertolongan, dan tidak ada harapan yang jelas akan mendapatkan hasil (Sumadinata, 2004).
Gangguan kecemasan
Definisi Kecemasan
Kecemasan sebagai keadaan emosional yang mempunyai ciri keterangsangan fisiologis, perasaan tegang yang tidak menyenangkan dan keadaan khawatir yang mengeluhkan sesuatu yang buruk akan segera terjadi (Nevid, dkk. 2003)
Kecemasan adalah suatu keadaan yang memotivasi individu untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah untuk memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal dari ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman tidak diambil. Apabila tidak bisa mengendalikan kecemasan melalui cara-cara rasional dan cara-cara langsung, maka ego akan mengandalkan cara-cara yang tidak realistik, yakni tingkah laku yang berorientasi pada pertahanan ego atau defence mechanism (Freud & Corey, 2005)
Kecemasan adalah suatu perasaan takut yang tidak menyenangkan yang disertai dengan menigkatnya ketegangan fisiologis. Suatu dorongan yang menjadi perantara antara suatu situasi yang mengancam dan perilaku menghidar. Kecemasan dapat diukur dengan self report, dengan mengukur ketegangan fisiologis, dan dengan perilaku yang tampak (davison, dkk. 2006).
Ciri-ciri Kecemasan
Gangguan kecemasan
Fisik : Gelisah, gugup. Tangan dan angoota badan yang lain bergetar, banyak berkeringat, mulut atau kerongkongn terasa kering, sulit bicara, sulit bernafas, jantung yang berdebar keras, pusing, merasa lemas, mati rasa, sering buang air kecil.
Kognitif : Khaawatir tentang sesuatu, perasaan tegang, keyakinan bahwa sesuatu yang buruk          akan segera terjadi tanpa alasan yang jelas, takut kehilangan kontrol, takut akan tidak mampu mengatasi masalah, dll.
Perilaku : Menghidar, lekat dan dependen, terguncang, sensitif, mudah marah (Nevid, 2003)
     Manifestasi Kecemasan
  •           Kognitif (dalam pikiran individu)
  •           Motorik ( dalam tingkah laku)
  •           Somatik (dalam reaksi, baik fisik maupun biologis)
  •           Afektif ( dalam emosi individu)
Gangguan kecemasan
Jenis-jenis Kecemasan Menurut Sigmund Freud
  1. Kecemasan Realistik. Secara normal, kecemasan realistik sering dialami dalam kehidupan sehari-hari. Sering juga kecemasan realistik disebut degan ketakutan. Sumber dari kecemasan realistik sangat jelas karena memang membahayakan secara fisik. Misalkan dalam kondisi perang, terancam dengan binatang buas, dll.
  2. Kecemasan Moral. Kecemasan moral tidak dirasakan dari dunia luar atau dari fisik. Tetapi dari dunia sosial individu.Super ego yang sudah terintregasi dalam inidividu. Kecemasan moral ini diantara lain adalah misalkan rasa malu, rasa bersalah, atau rasa takut mendapat teguran maupun hukuman, dll.
  3. Kecemasan Neurotik. Kecamasan neurotik ini menimbulkan perasaan takut yang muncul akibat rangsangan-rangsangan dari id. Induvidu akan menjadi gugup, tidak mampu mengandalikan diri, perilaku, akal, bahkan pikiran. Kecemasan neurotik merurpakan sumber terbanyak yang membuat individu terganggu secara psikologis.
(Sumber : Gangguan kecemasan http://irwan-wicaksono.blogspot.com )

Popular Posts

Powered by Blogger.

Copyright © 2012 DETEKTIF HATITemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.