Tasawuf sangat berkesan dalam mendidik jiwa manusia, memberikan ketenangan hati dan mengisi kekosongan jiwa. Secara prinsip tiada seorang pun yang dapat menafikan adanya konsep tasawuf dalam tradisi Islam. Sehingga setelah memahami kepentingan tasawuf, banyak sarjana Muslim mengatakan bahawa ia adalah salah satu aspek penting ajaran Islam.
Namun pada kenyataannya tasawwuf merupakan salah satu
subjek yang sering disalahfahami oleh banyak orang, baik di kalangan Muslim
sendiri maupun orang bukan Islam.
Hal ini berlaku di antaranya adalah karena tasawuf
telah melalui evolusi dan perkembangan yang jauh. Di Abad modern ini, di mana
kehidupan masyarakat didominasi oleh worldview sekuler,
tasawuf menjadi sesuatu yang asing dan terpinggir. Malahan, ada kalangan
yang beranggapan bahwa orang-orang yang mengamalkan tasawuf adalah orang-orang
yang kolot dan berfikir ke belakang.
Ketika dunia modern semakin hanyut dengan materialisme
dan hedonisme, peranan tasawuf dirasakan amat signifikan dalam usaha mengatasi
permasalahan dan dilema yang dihadapi oleh masyarakat hari ini.
Sikap manusia terhadap dunia sebagaimana yang telah diharapkan oleh Al Qur’an
dan Al Hadist mempunyai nilai sangat positif dan merupakan senjata
yang ampuh bagi manusia dalam menghadapi kehidupan yang berubah-ubah, khususnya
di abad modern ini yang sarat dengan problema, baik psikis, ekonomis, dan etis.
Tasawuf sebagai salah satu disiplin ilmu keislaman tidak bisa keluar dari
kerangka itu. Ajaran tasawuf klasik, khususnya yang menyangkut konsep zuhud
sebagai maqam, diartikan sebagai sikap menjauhi dunia dan
isolasi terhadap duniawi semata-mata ingin bertemu dan ma’rifat kepada Allah
SWT. Sehingga, zuhud dapat dijadikan sebagai benteng membangun diri dalam
menghadapi gemerlapnya materi.
Buku “MENJADI
SUFI YANG KAYA” ini merupakan suatu buku bacaan yang sangat penting untuk
dapat lebih mengenal makna zuhud yang dilakukan Sufi dengan sebenarnya.
Kebanyakan masyarakat hari ini memahami zuhud sebagai cara hidup yang meninggalkan
dunia, berpakaian lusuh, makan dan minum ala kadarnya tidak berkhasiat, tidak
memiliki harta benda dan rumah yang kurang baik, menggunakan kendaraan yang
buruk atau tidak berkendaraan langsung. Sebenarnya menjalani hidup sebagai
seorang sufi bukan berarti harus hidup miskin. Yang penting hati kita tidak
terikat oleh harta, dan tetap terpaut kepada Allah.
Buku ini juga sedikit menggambarkan beberapa kisah
seorang sufi yang kaya raya dengan hartanya yang hidupnya tidak terikat oleh
harta yang mereka miliki dan hati mereka tetap terpaut kepada Allah.
0 comments:
Post a Comment