Blogger Widgets

makalah fase prenatal

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, nikmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PERKEMBANGAN MASA PRENATAL” ini. Makalah ini disusun untuk melengkapi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan.
Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini telah diatur sedemikian rupa oleh Sang Pencipta yakni Allah SWT. Tidak terkecuali makhluk yang menempatinya, khususnya manusia. Bahkan sejak lahir hingga mati semuanya telah diatur. Termasuk didalamnya mengenai kelahiran, rizki, jodoh, dan kematian sudah ditentukan semenjak seseorang masih dalam kandungan ibunya. Al-Qur'an pun turut membahas mengenai masalah tersebut khususnya tentang perkembangan manusia ketika masih di dalam rahim ibu. Untuk itu sebagai umat muslim yang meyakininya, selayaknya mempelajari dan memahami hal tersebut. Mungkin makalah ini dapat sedikit membantu dalam mengenal dan mempelajarinya.
Namun sebagai penulis, kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sangat diperlukan penulis demi kesempurnaan penulisan makalah berikutnya.
Akhirnya, penulis ucapkan terima kasih atas perhatian dan dukungan dari pembaca sekalian.


Bandung,     November 2013
Penulis






DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI                                                                                                              ........... 2

BAB I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang......................................................................................... 3
B.     Rumusan Masalah.................................................................................... 3
C.     Tujuan Masalah........................................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN
A.    Konsepsi dan awal kehidupan ............................................................... 4
B.     Ciri-ciri periode prenatal......................................................................... 5
C.     Periode-periode perkembangan prenatal................................................. 7
D.    Pokok-pokok penting.............................................................................. 9
E.     Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal ................... 11
F.      Kelahiran ................................................................................................ 15
BAB III PENUTUP
Ø  Kesimpulan............................................................................................. 19       
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................... 20







BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Setiap orangtua tentu berkeinginan agar anaknya dapat tumbuh kembangoptimal, yaitu agar anaknya dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yangterbaik sesuai dengan potensi genetik yang ada pada anak tersebut. Hal ini dapattercapai apabila kebutuhan dasar anak ( asah, asih, dan asuh ) terpenuhi. Kebutuhandasar anak harus dipenuhi yang mencakup imtaq, perhatian, kasih sayang, gizi,kesehatan, penghargaan, pengasuhan, rasa aman / perlindungan, partisipasi, stimulasidan pendidikan ( asah, asih dan asuh ). Kebutuhan dasar tersebut harus dipenuhi sejak dini, bahkan sejak bayi berada dalam kandungan.(Behrman, Dkk.. 2000 : 37 - 45).
Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup dua peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan.(2,4).Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan denganmasalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organmaupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram),ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensikalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebihkompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. (Soetjiningsih.1998 : 1 - 63.)
B.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu periode prenatal?
2.      Apa ciri-ciri periode prenartal ?
3.      Bagaimana periode-periode perkembangan prenatal ?
4.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi prenatal ?
5.      Bagaimana proses kelahiran pasca prenatal ?

C.     Tujuan

1.      Mengetahui pengertian prenatal
2.      Mengetahui ciri-ciri periode prenatal
3.      Mengetahui periode-periode perkembangan prenatal
4.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi prenatal
5.      Mengetahui proses kelahiran pasca prenatal



BAB II
PEMBAHASAN


A.    Konsepsi dan Awal Kehidupan
            Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu. Masa ini pada umumnya berlangsung selama 9 bulan kalender atau sekitar 280 hari sebelum lahir. Dilihat dari segi waktunya, periode prenatal ini merupakan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu.[1]
            Pada masa-masa awal penelitian ilmiah tentang perkembangan anak yang dilakukan oleh para ahli psikologi (Barat), perkembangan individu pada masa prenatal ini kurang mendapat perhatian, bahkan cenderung diabaikan. Pada masa-masa awal ini penelitian-penelitian yang dilakukan oleh sebagian besar ahli psikologi (Barat) cenderung dimulai dari periode bayi yang baru lahir dan mengabaikan periode pralahir. Hal ini adalah karena mereka menganggap bahwa perkembangan hidup individu dalam rahim ibu sifatnya perkembangan fisik, dan karenanya hanya memberi sedikit sumbangan bagi pemahaman psikologis tentang perkembangan.
            Kemudian baru pada pertengahan tahun 1940 muncul kesadaran bahwa mengetahui segala kejadian pada masa prenatal sangat penting untuk dapat memahami secara utuh pola perkembangan yang normal. Bahkan belakang ini penelitian ilmiah telah menunjukkan fakta bahwa terdapat sejumlah pola perkembangan penting yang terjadi pada periode prenatal. Karena itu, prenatal ini bukan saja merupakan periode khusus dalam rentang hidup manusia, tetapi juga merupakan periode yang sangat menentukan .
            Jauh sebelum adanya perhatian dan pengakuan dari kalangan psikolog Barat terhadap perkembangan individu pada masa prenatal ini, psikolog Timur, terutama psikolog Islam telah lebih dulu menempatkan masa prenatal ini sebagai periode awal perkembangan individu. Beberapa ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi SAW yang menjadi landasan utama bagi psikologi Islam, telah memberikan sejumlah informasi tentang telah dimulainya kehidupan manusia sejak janin berada dalam kandungan ibunya. Dalam sejumlah ayat Al-Qur’an dan Hadits Nabi secara tidak langsung juga telah disebutkan bahwa selama periode prenatal ini, individu tidak hanya mengalami perkembangan fisik melainkan sekaligus mengalami perkembangan psikologis (Mujib & Mudzakir, 2001).
            Dewasa ini, para ahli psikologi perkembangan meyakini bahwa kehidupan manusia berasal dari pertemuan sel sperma laki-laki dan sel telur wanita. Pada saat itu, sel sperma pria bergabung dengan sel telur wanita (ovum) dan menghasilkan satu bentuk sel yang telah terbuahi, yang disebut zigot (zygote), yang dalam psikologi Islam disebut nuthfah, yaitu air mani (sperma) yang keluar dari sulbi (tulang belakang) laki-laki lalu bersarang di rahim perempuan.
            Sperma dan sel telur itu dibuat oleh sel-sel perkembangbiakan, yang disebut “sel benih” (germ cell). Sel-sel ini mengandung 46 kromosom, yang diperoleh dari sperma ayah dan ovum ibu, yang dibentuk menjadi 23 pasang. Dalam setiap pasang kromosom terdiri dari satu kromosom pihak ayah dan satu kromosom pihak ibu, dan setiap pasang kromosom ini memiliki bentuk dan ukuran yang jelas.
            Dalam pembuahan normal, ovum berada dalam salah satu tabung falopi ketika bergerk dari satu ovarium ke rahim. Sebagai hasil hubungan kelamin, spermatozoa pria dalam jumlah besar diletakkan dimulut rahim dan bergerak menuju tabung falopi. Mereka ditarik kedalam ovum oleh gaya hormonal yang kuat. Setelah satu sel sperma memasuki ovum, permukaan ovum seketika berubah, sehingga tidak ada sperma lain yang dapat memasukinya. Bila satu sperma menembus dinding ovum, maka inti sel saling mendekat. Membran yang mengelilingi masing-masing pecah, dan kedua inti bersatu.
            Dengan demikian, dapat dipahami bahwa sel-sel sperma pria dengan sel-sel telur (ovum) wanita pada dasarnya memiliki daya hidup atau energi kehidupan, yang dalam psikologi Islam disebut “hayat “. Karena sperma dan ovum memiliki daya hidup, maka ia mampu menjalin hubungan satu sama lain, sehingga pada gilirannya menghasilkan benih manusia (embrio). Kemudian, karena adanya daya hidup ini pulalah yang membuat janin dalam kandungan dapat hidup dan berkembang, hingga lahir menjadi individu baru.
            Semua ini memperkuat anggapan yang menyatakan bahwa perkembangan dan kehidupan manusia dimulai dari masa prenatal, yakni sejak terjadinya pembuahan sel telur (ovum) wanita oleh sel sperma laki-laki dan terbentuknya zigot.

B.     Ciri-Ciri Periode Pranatal
Meskipun kenyataan bahwa periode perkembangan pertama dalam rentang kehidupan ini merupakan periode yang paling singkat dari seluruh periode perkembangan, namun dalam banyak hal periode ini penting atau bahkan yang terpenting dari semua periode. Periode ini, yang mulai pada saat permbuahan dan berakhir pada kelahiran, kurang lebih panjangnya 270 sampai 280 hari atau sembilan bulan.
Meskipun telatif singkat, periode prenatal mempunyai enam ciri penting, masing-masing ciri mempunyai akibat yang lambat pada perkembangan selama rentang kehidupan. Ciri-ciri itu adalah :
1.      Pada saat ini sifat-sifat bauran, yang berfungsi sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya, diturunkan sekali untuk selamanya. Sementara itu kondisi-kondisi yang baik atau tidak baik, baik sebelum atau sesudah kelahiran sampai tingkat tertentu, dapat dan mungkin mempengaruhi sifat-sifat fisik dan psikologis membentuk sifat-sifat bawaan ini, perubahan-perubahan yang terjadi bersifat kuantitatif dan bukan kualitatif.
2.      kondisi-kondisi yang baik dalam tubuh ibu dapat menunjang perkembangan sifat bawaan sedangkan kondisi yang tidak baik dapat menghambat perkembangannya bahkan sampai mengganggu pola perkembangan yang akan datang. Ada saatnya dalam rentang kehidupan sifat bawaan sangat dipengaruhi kondisi-kondisi lingkungan seperti halnya selama periode prenatal.
3.      Jenis kelamin individu yang baru diciptakan sudah dipastikan pada saat pembuahan dan kondisi-kondisi dalam tubuh ibu tidak akan mempengaruhinya, sama halnya dengan sifat bawaan. Kecuali kalau dilakukan pembedahan dalam operasi perubahan kelamin, jenis kelamin individu yang sudah ditetapkan pada saat pembuahan tidak akan berubah. Operasi semacam itu sangat jarang dilakukan dan hanya sebagian saja yang berhasil.
4.      Perkembangan dan pertumbuhan yang normal lebih banyak terjadi selama periode prenatal dibandingkan pada periode-periode lain dalam seluruh kehidupan individu. Selama Sembilan bulan sebelum kelahiran, individu tumbuh dari sel kecil yang tampak dari mikroskop menjadi bayi yang panjangnya sekitar 20 inci dan beratnya rata-rata 7 pon. Diperkirakan bahwa selama masa itu berat badan bertambah sebelas juta kali. Demikian pula, halnya dengan perkembangan yang kelihatannya berlangsung begitu cepat. Dari sebuah sel berbentuk bulat pada masa itu berkembanglah setiap anggota tubuh manusia, baik eksternal atau internal. Pada waktu kelahiran, bayi dapat dikenali sebagai manusia, meskipun banyak ciri-ciri eksternalnya secara proporsional berbeda dengan ciri anak yang lebih tua usianya, dengan anak remaja atau dengan orang dewasa.
5.      Periode prenatal merupakan masa yang mengandung banyak bahaya, baik fisik maupun psikologis. Meskipun tidak dapat diklaim bahwa periode ini merupakan periode paling berbahaya dalam seluruh rentang kehidupan -banyak yang percaya bahwa masa anak-anak lebih berbahaya- tetapi jelas bahwa periode ini merupakan masa dimana bahaya-bahaya lingkungan atau bahaya-bahaya psikologis dapat sangat mempengaruhi pola perkembangan selanjutnya atau bahkan dapat menakhiri suatu perkembangan.
6.      Periode prenatal merupakan saat dimana orang-orang yang berkepentingan membentuk sikap-sikap pada diri individu yang baru diciptakan. Sikap-sikap ini akan sangat mempengaruhi cara bagaimana individu-individu ini diperlakukan terutama selama tahun-tahun pertama pembentukan kepribadiannya. kalau sikap-sikap ini sangat bersifat emosional, maka hal ini dapat dan seringkali merusak keseimbangan ibu (mother’s homeostatis), dan dengan demikian mengganggu kondisi-konsisi di dalam tubuh ibu yang sangat penting bagi perkembangan normal dari individu yang baru diciptakan.[2]
C.    Periode-Periode Perkembangan Pranatal
Periode prenatal berlangsung selama sepuluh bulan berdasarkan perhitungan bulan yang masing-masing panjangnya dua puluh delapan hari atau Sembilan bulan kalender. Tetapi periode ini dapat dan memang berbeda-beda panjangnya, berkisar dari 180 sampai 344 hari. Bayi-bayi yang dilahirkan sebelum waktunya kira-kira tiga kali lebih banyak daripada bayi-bayi yang dilahirkan melebihi waktunya
Meredith melaporkan bahwa panjang rata-rata periode prenatal mencakup 38 minggu atau 266 hari. Namun 70% bayi berkisar antara 36 sampai 40 minggu (252 sampai 280 hari).
Karena perkembangan sebelum kelahiran berjalan teratur dan dapat diramalkan, maka ada kemungkinan yntuk member jadwal waktu dari proses perkembangan yang penting selama periode ini. Periode prenatal biasanya dibagi dalam tida tahap –periode zigot, embrio dan janin- masing-masing mempunyai panjang waktu yang dapat diramalkan dan ditandai dnegan perkembangan khusus. Perkembangan ini dan saat-saat terjadinya secara normal diringkas sebagai berikut :
Jadwal Waktu Dari Perkembangan Pranatal
Periode zigot (sejak pembuahan sampai akhir minggu kedua)
·         Bentuk zigot sebesar kepala peniti-tidak berubah karena tidak mempunyai sumber makanan dari luar; hidupnya dipertahankan kuning telur.
·         Dengan berjalannya zigot dari tuba fallopi turun ke uterus, terjadi banyak pembelahan dan zigot terbagi menjadi lapisan luar dan lapisan dalam.
·         Lapisan luar kemudian berkembang menjadi placenta (ari-ari), tali pusar, dan selanjutnya pembungkus janin lapisan dalam berkembang menjadi manusia baru.
·         Sekitar sepuluh hari setelah pembuahan, zigot tertanam di dalam dinding uterine.
Periode Embrio (akhir minggu kedua sampai akhir bulan kedua-berdasarkan perhitungan bulan)
Tahap kedua, yang disebut tahap embrio, berlangsung lima setengah minggu. Tahap embrio mulai ketika zigot telah tertanam dengan baik pada dinding rahim. Dalam tahap ini, sistem dan organ dasar bayi mulai terbentuk dari susunan sel. Meskipun bentuk luar masih jauh berbeda dibandingkan manusia dewasa, beberapa bentuk seperti mata dan tangan, bahkan telinga dan kaki mulai dapat dikenali.
Al-Qur'an juga telah membahas proses perkembangan embriologis tahap demi tahap pada periode ini. Menurut Al-Qur'an tetesan (nutfah) kemudian akan berkembang menjadi alaqah, seperti berikut ini :
Description: http://dc355.4shared.com/doc/pfmqsQRB/preview_html_6dbbcc9f.pngDescription: http://dc355.4shared.com/doc/pfmqsQRB/preview_html_4c175c15.png
kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki-laki dan perempuan.” (Q.S. Al-Qiyamah [75] : 38-39)

·         Embrio berkembang menjadi manusia dalam bentuk kecil.
·         Terjadi perkembangan besar, mula-mula di bagian kepala dan terakhir pada anggota tubuh.
·         Semua bagian tubuh yang penting, baik bagian luar maupun dalam, sudah terbentuk.
·         Embrio mulai bergerak di dalam uterus dan terjadi gerakan-gerakan spontan dari anggota tubuh.
·         Placenta (ari-ari), tali pusar dan selaput pembungkus janin berkembang; keduanya melindungi dan memberi makan embrio.
·         Pada akhir bulan kedua prenatal, berat embrio rata-rata 1,25 ons dan panjangnya 1,25 inc.
Periode janin (akhir bulan kedua-perhitungan menurut bulan-sampai lahir)
·         Terjadi perubahan pada bagian-bagian tubuh yang telah terbentuk, baik dalam bentuk/rupa maupun perubahan actual, dan terjadi perubahan dalam funngsi. Tidak tampak bentuk-bentuk baru pada saat  ini.
·         Pada akhhir bulan ketiga, beberapa organ. dalam cukup berkembang sehingga dapat muulai berfungsi. Denyut jantung janin dapat diketahui sekitar minggu kelima belas.
·         Pada akhir bulan kelima, berbagai organ dalam telah menempati posisi hampir seperti posisi didalam tubuh dewasa.
·         Sel-sel saraf, yang ada sejak minggu ketiga, jumlahnya meningkat pesat selama bulan-bulan kedua, ketiga dan ke empat. Apakah peningkatan pada saat ini akan terus berlangsung atau tidak, bergantung pada kondisi tubuh ibu, seperti kekurangan gizi yang sebaliknya mempengaruhi perkembangan sel saraf terutama dalam bulan-bulan terakhir periode prenatal.
·         Biasanya gerak-gerak janin tampak pertama kali antara minggu kedelapan belas dan  dua puluh. Kemudian meningkat cepat sampai akhir bulan kesembilan dimana gerakan mulai berkembang karena penuhnya pembungkus janin dan tekanan pada otak janin  pada saat janin mengambil posisi daerah pinggul dalam persiapan untuk lahir. Gerak-gerak janin ini berlainan macamnya. Yaitu menggelinding dan menendang, gerak pendek atau cepat.
·         Pada akhir bulan ketujuh, janin sudah cukup berkembang dan dapat hidup bila lahir sebelum waktunya.
·         Pada akhir bulan ke delapan, tubuh janin sudah lengkap terbentuk, meskipun lebih kecil dibandingkan dengan bayi normal yang cukup bulannya.[3]


D.    Pokok-pokok Penting
1.      Periode prenatal, yang berlangsung dari saat pembuahan sampai kelahiran lamanya Sembilan bulan, sampai belakangan ini hanya sedikit menarik minat bidang psikologi meskipun para ahli ilmu psikologi dan anggota-anggota profesi kedokteran telah mengadakan telaah secara intensif.
2.      Ada enam ciri periode prenatal. Periode ini adalah saat dimana sifat bawaan dan jenis kelamin individu ditemukan; dimana kondisi dalam tubuh ibu dapat mendorong atau mengganggu pola perkembangan prenatal; dimana perkembangan dan pertumbuhan secara proporsional lebih besar daripada dalam periode-periode lain; dimana terdapat banyak bahaya baik fisik maupun psikologis; dan saat dimana orang-orang yang berarti membentuk sikap kepada individu yang baru tercipta.
3.      Sebelum siap memproduksi manusia baru, sel-sel seks pria harus melalui dua tahap permulaan -pematangan dan pembuahan- dan sel-sel seks wanita harus melalui tiga tahap permulaan –pematangan, ovulasi dan pembuahan.
4.      Ada empat hal yang ditentukan pada saat pembuahan: sifat bawaan dan jenis kelamin –ditentukan sekali untuk sepanjang hidup; apakah akan terjadi kelahiran tunggal atau kembar; dan posisi urutan dalam keluarga.
5.      Penetapan sifat bawaan pada saat pembuahan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua cara: pertama, menentukan batas-batas yang tidak dapat dilampaui individu dan kedua, karena sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan, maka hal itu tidak dapat dikendalikan.
6.      Jenis kelamin dari individu yang baru diciptakan penting karena tiga alasan : pertama, dari awal kehidupan individu akan dibentuk dalam stereotip budaya yang disetujui untuk kelompok jenis kelaminnya; kedua, mereka tidak boleh mempelajari pengalaman yang dianggap tidak sesuai bagi kelompok jenis kelaminnya dan ketiga, sekap dari orang yang berarti berbeda sesuai dengan penggolongan jenis kelaminnya.
7.      Perkembangan jangka pendek maupun jangka panjang anak tunggal berbeda dengan anak kembar.
8.      Pola perkembangan individu dari bermacam-macam urutan posisi dalam keluarga sangat berbeda –anak pertama dan anak terakhir biasanya lebih menyenangkan dari pada anak tengah.
9.      Periode sebeluum kelahiran terbagi dalam tiga: periode zigot, yang berlangsung dari pembuahan sampai akhir minggu kedua; periode embrio, dari dari minggu kedua sampai akhir bulan kedua; dan periode janin yang berlangsung dari akhir bulan kedua sampai kelahiran.
10.  Periode embrio biasanya dianggap sebagai waktu yang kritis karena bentuk fisik yang saat itu berkembang pesat dapat terganggu oleh kondisi yang kurang baik dalam lingkungan prenatal.
11.  Sikap orang yang berarti kepada individu yang baru terbentuk selama periode prenatal. Sikap ini cenderung mapan karena sikap itu didasarkan pada sejumlah alas an yang dianggap benar, dank arena sarat emosi yang karenanya sulit diubah.
12.  Dari semua sikap keluarga, sikap ibu adalah yang terpenting karena eratnya hubungan antara ibu dan anak selama tahun-tahun awal, tahun-tahuun pertumbuhan anak.
13.  Waktu terjadinya bahaya fisik dan intensitasnya merupakan hal yang lebih penting dalam efeknya pada perkembangan calon manusia daripada bahaya itu sendiri.
14.  Diantara sepuluh bahaya fisik periode prenatal, malnutrisi ibu dan berbagai penyakit tertentu –seperti rubella selama periode embrio- biasanya sangat berbahaya karena efek jangka panjang yang diakibatkannya.
15.  Bahaya psikologis yang paling umum dan paling berat dalam periode pranata berupa kepercayaan tradisional tentang konsisi yang dapat mempengaruhi anak yang belum lahir; terkanan yang dialami ibu; dan sikap-sikap yang kurang menyenangkan dari orang-orang yang berarti.[4]
Kalau terjadi hambatan yang mencegah terjadinya perkembangan menurut waktu yang tepat, individu akan mengalami cacat yang dapat mengganggu selama hidupnya.[5]




E.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Prenatal

Selama periode prenatal ini, rahim merupakan lingkungan yang sangat menentukan perkembangan janin. Pada umumnya, kondisi rahim ibu itu sangat nyaman bagi janin dan terlindung dari setiap gangguan. Tetapi hal ini tidak berarti bahwa janin tersebut secara absolut luput dari pengaruh-pengaruh luar (Santrock, 1995).
Sebagian besar proses pertumbuhan janin sangat bergantung pada kondisi internal ibu, baik kondisi fisik maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janin merupakan satu unitas organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Substansi fisik ibu akan mengalir pula ke dalam jasad janinnya. Demikian pula dengan setiap gerakan yang dilakukan ibu, dapat memberikan rangsangan berupa pengalaman indra yang beranekaragam. Oleh sebab itu, kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat menimbulkan pengaruh kimia prenatal (chemical prenatal influence) yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian traumatik (traumatic event). Ribuan bayi yang lahir cacat atau terbelakang secara mental setiap tahun merupakan hasil dari peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan ibu.
Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal, diantaranya :
1)      Kesehatan Ibu

Penyakit yang di derita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal. Apalagi penyakit tersebut bersifat kronis, seperti kencing manis, TBC, radang saluran kencing, penyakit kelamin, dan sebagainya, dapat mengakibatkan lahirnya bayi-bayi yang cacat. Demikian pula, bila terjadi benturan ketiga janin berusia 3 bulan disertai dengan gangguan keehatan pada ibu, seperti influensa, gondok atau cacar, dapat merusak perkembangan janin. Bahkan, apabila ibu hamil terserang campak rubella (campak Jerman), dapat dipastikan bahwa 60% kemungkinan bayi lahir dalam keadaan cacat. Jika campak rubella menyerang pada dua bulan pertama kehamilan, mengakibatkan kebutaan, ketulian, kelainan jantung, kerusakan pada sistem saraf pusat, serta keterbelakangan mental dan emoional. Apabila terjadi pada trimester kedua, setelah fetus terbentuk, dampaknya kecil sekali, mungkin hanya gangguan pada pendengaran, penglihatan dan bicara (Seifert & Hoffnung, 1994). Bahkan, ketika campak rubella berjangkit pada tahun 1964-1965, telah mengakibatkan 30.000 kematian prenatal dan neonatal (baru lahir), dan lebih dari 20.000 bayi lahir dalam kondisi cacat (Santrock, 1995).
Disamping itu, sifilis juga merupakan penyakit yang sangat membahayakan perkembangan masa prenatal. Selain mempengaruhi organogenesis, sebagaimana yang diakibatkan oleh campak rubella, sifilis juga merusak organ setelah organ terbentuk. Kerusakan meliputi luka mata, yang dapat menyebabkan kebutaan, dan luka kulit. Ketika sifilis muncul pada saat kelahiran, akan terjadi masalah-masalah lain yang melibatkan sistem saraf pusat dan sistem pencernaan. Dalam kasus sifilis yang terjadi selama trimester kedua kehamilan, sekitar 25% mengakibatkan kematian fetus. Sementara, 25% mengakibatkan kematian setelah janin lahir. Sekitar 25% janin yang dapat bertahan hidup memperlihatkan tanda-tanda seperti penyakit kuning, anemia, radang paru-paru, penyakit kulit, dan radang tulang (Blackman, 1990).
Besarnya dampak kesehatan ibu-ibu hamil terhadap perkembangan masa prenatal juga terlihat jelas ketika ibu menderita sindrom kehilangan kekebalan tubuh, yang lebih dikenal dengan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome). AIDS adalah penyebab utama kematian perangkat kedelapan dikalangan anak-anak dari usia 1 hingga 4 tahun pada tahun 1989. Sepanjang akhir tahun 1991, AIDS telah ditemukan pada 3.123 anak-anak kecil yang usianya kurang 13 tahun. Jumlah kasus AIDS anak-anak tersebut tidak mencakup sekitar 10.000 anak-anak terinfeksi HIV yang belum menderita dampak AIDS sepenuhnya. Dilaporkan, sekitar 83% anak-anak yang terkena AIDS adalah anak-anak keturunan Afro-Amerika dan Amerika Latin. Mayoritas ibu yang menularkan HIV kepada keturunannya terinfeksi melalui penggunaan obat-obatan yang disuntikkan ke dalam pembuluh darah atau hubungan heteroseksual dengan para pengguna obat-obatan suntik (Santock, 1995).
Setidak-tidaknya ada tiga cara ibu yang menderita AIDS menginfeksi anaknya: (1) selama hamil, melalui ari-ari; (2) selama melahirkan, melalui kontak dengan darah atau cairan ibu; dan (3) setelah melahirkan, melalui air susu. 78% dari kasus AIDS pada anak-anak, ditularkan oleh ibunya pada saat melahirkan, salah satunya melalui plasenta atau melalui kontak dengan darah yang sudah terkontaminasi HIV pada waktu kelahiran.(Seifert & Hoffnung, 1994).
2)      Gizi Ibu
Faktor lain yang cukup berpengaruh terhadap perkembangan masa prenatal adalah gizi ibu. Hal ini adalah karena janin yang sedang berkembang sangat tergantung pada gizi ibunya, yang diperoleh melalui darah ibunya. Oleh sebab itu, makanan ibu-ibu yang sedang hamil harus mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan karbohidrat untuk menjaga kesehatan nayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi cenderung cacat.
Suatu investigasi tentang ibu-ibu di Lowa mendokumentasikan pentingnya peran gizi dalam perkembangan masa prenatal dan kelahiran. Makanan 400 orang wanita hamil dipelajari dan status bayi mereka yang baru lahir diukur. Ternyata, ibu-ibu yang makanannya paling buruk cenderung memiliki anak yang beratnya paling rendah, kurang vitalitas, dan lahir prematur atau meninggal. Dalam investigasi lain, makanan tambahan (diet supplement) yang diberikan kepada ibu-ibu yang kekurangan gizi selama kehamilan meningkatkan performa anak mereka selama 3 tahun pertama kehidupannya (Werner, dalam Santrock, 1995).
3)      Pemakaian Bahan-bahan Kimia oleh Ibu
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan yang ada dalam peredaran darah ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun pada sistem kimiawi dalam tubuh janin, yang dinamakan metabolita. Bahan-bahan kimia juga dapat mempengaruhi lingkungan di dalam rahim ibu yang secara tidak langsung juga mempengaruhi janin.
Salah satu jenis obat yang mengandung bahan kimia yang membahayakan perkembangan janin adalah thalidomide. Pada orang dewasa, thalidomide tidak berdamapak buruk. Tetapi, pada embrio, obat penenang itu sangat merusak. Kalau ibu menelan thalidomide selama dua bulan pertama kehamilan, dapat menghambat pertumbuhan lengan dan kaki janin (Seiffert & Hoffnung, 1994).
Penelitian awal yang dilakukan David Carr terhadap ibu-ibu yang menggunakan pil anti hamil, merekomendasikan bahwa bagi ibu yang menelan pil anti hamil jangan hamil terlalu dekat saat dihentikannya penggunaan pil tersebut. Sebab, dari 54 kasus keguguran yang terjadi 6 bulan setelah ibu berhenti menggunakan pil anti hamil, sebanyak 48% menunjukkan kromosom yang abnormal (Davidof, 1988).
Minuman yang mengandung alkohol juga merupakan zat lain yang dapat mempengaruhi perkembangan prenatal. Wanita pecandu alkohol dan tetap meminumnya selama kehamilannya dalam frekuensi yang sering, kemungkinan besar akan melahirkan bayi dengan gejala yang disebut “sindom alkohol janin” (fetal Alcohol Syndrome, FAS), yaitu sekelompok keabnormalan yang tampak pada anak dari ibu yang banyak meminum alkohol selama kehamilan. Keabnormalan itu meliputi cacat pada wajah, seperti hidung dan bibir bawah pendek. Jika ibu hamil meminum alkohol setelah tri mester, kemungkinan bayi menderita kelainan jantung, kepala kecil, penyimpangan pada tulang, serta memperlihatkan perlambatan perkembangan mental dan motorik (Barr et.all., 1990).
Menghisap rokok oleh wanita hamil juga dapat berdampak buruk bagi perkembangan masa prenatal, kelahiran dan perkembangan pascalahir. Merokok selama kehamilan dapat menyebabkan pengurangan bobot kelahiran, menimbulkan resiko aborsi spontan, kelahiran prematur, dan sindrom kematian bayi yang tinggi selama proses kelahiran, serta penyesuaian diri yang buruk. Rokok juga dihubungkan dengan keabnormalan struktural dalam plasenta yang mencemari aliran darah ibu dan saripati makanan yang ditransmisikan pada janin. Disamping itu, rokok juga dihubungkan dengan peningkatan pada pemusatan karbon monoksid dalam aliran darah ibu dan janin, salah satu faktor yang menyebabkan kerusakan pada sistem saraaf pusat dan penurunan berat kelahiran (Aaronson & MacNee, 1989). Program intervensi yang dirancang untuk menyeru ibu-ibu hamil berhenti merokok, telah berhasil mengurangi beberapa dampak negatif rokok pada anak, terutama dalam meningkatkan berat lahirnya (Vorhees & Mollnow, 1987).  Secara rinci dampak penggunaan obat-obatan terhadap perkembangan masa prenatal, dapat dilihat dalam tabel.







Dampak Penggunaan Obat-obatan Selama Kehamilan
Obat-obatan
 

Alkohol







Nikotin / Rokok





Obat penenang



Barbiturates



Amfetamin

Kokain 





Marijuna
Dampaknya pada Janin dan Anak

Jumlah kecil menambah resiko aborsi spontan. Jumlah sedang (1-2 kali minum sehari) diasosiasikan dengan munculnya ketidakmampuan memberi perhatian pada masa bayi. Jumlah banyak menyebabkan sindrom alkohol janin. Menurut beberapa ahli, jumlah kecil hingga sedang, khusunya pada 3 bulan pertama kehamilan dapat meningkatkan sindrom alkohol janin.

Merokok berat diasosiasikan dengan rendahnya berat lahir bayi, yang berarti dapat mengidap lebih banyak masalah kesehatan dibandingkan dengan bayi lain. Merokok dapat membahayakan khususnya pada pertengahan kedua kehamilan.

Selama 3 bulan pertama kehamilan, obat penenang dapat menyebabkan langit-langit mulut terbelah atau cacat bawaan lahir.

Ibu yang memakai dosis tinggi dapat membuat bayi kecanduan, mengalami gemetar, gelisah, dan mudah terluka.

Amfetamin dapat menyebabkan kelainan lahir.

Menyebabkan ketergantungan obat-obatan dan gejala buruk pada kelahiran, baik fisik maupun mental, khususnya kalau ibu menggunakannya pada 3 bulan pertaama kehamilan, seperti hipertensi, masalah jantung, keterbelakangan perkembangan, dan kesulitan belajar.

Dapat menyebabkan berbagai kelainan lahir dan diasosiasikan dengan rendahnya berat dan panjang bayi.
SUMBER : diadaptasi dari John W. Santrock, (1995) Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
4)      Keadaan dan Ketegangan Emosi Ibu
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan masa prental. Hal ini adalah karena ketika seorang ibu hamil mengalami ketakutan, kecemasa, stres dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan akan menghambat aliran darah ke daerah kandungan dan membuat janin kekurangan udara.
Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau selama kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirkan bayi yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relatif tenang dan aman. Goncangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernafasan dari bayi yang baru lahir dan cacat fisik.
Di samping itu, stres dan kecemasan yang dialami ibu setelah kehamilan, diasosiasikan dengan bayi yang sangat aktif, lekas marah (pemarah), dan tidak teratur dalam makan, tidur, dan buang air. Kecemasan pada ibu itu kemungkinan terus berlanjut sampai setelah anak lahir (Sameroff & Chandler, 1975). Suatu studi memperlihatkan hubungan antara kecemasan ibu selama kehamilan dan kondisi bayi yang baru lahir. Dalam studi ini, ibu-ibu menjawab suatu kuesioner tentang kecemasan mereka setiap 3 bulan selama kehamilan. Ketika bayi sudah lahir, berat bayi, tingkat aktivitas, dan tangisannya diukur. Bayi dari ibu yang lebih cemas menangis lebih banyak sebelum diberi makan dan lebih aktif daripada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang kurang cemas (Santrock, 1998).

F.     Kelahiran
Studi psikologis tentang kelahiran relatif baru dibandingkan dengan studi medis. Studi psikologis tentang kelahiran lebih difokuskan pada bagaimana pengaruhnya terhadap perkembangan pascalahir, kondisi lingkungan pralahir, dan sejumlah faktor lain yang mempengaruhi perkembangan sebelum dan sesudah lahir. Perhatian juga difokuskan pada prematuritas dan pengaruhnya secara langsung dan jangka panjang terhadap perkembangan anak (Hurlock, 1978).

Tahap-tahap Kelahiran
Para ahli psikologi perkembangan (misalnya Santrock, 1995; Seifert & Hoffnung, 1994), membagi proses kelahiran dalam tiga tahap.
a)      Terjadi kontraksi peranakan yang berlangsung 15 hingga 20 menit pada permulaan dan berakhir hingga 1 menit. Kontraksi ini menyebabkan leher rahim terentang dan terbuka. Ketika tahap pertama berlangsung, kontraksi semakin sering, yang terjadi setiap 2 hingga 5 menit. Intensitasnya juga meningkat. Pada akhir tahap pertama kelahiran, kontraksi memperlebar leher rahim hingga terbuka sekitar 4 inci sehingga bayi dapat bergerak dari peranakan ke saluran kelahiran.
b)      Dimulai ketika kepala bayi bergerak melalui leher rahim dan saluran kelahiran. Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira 1.5 jam. Pada setiap kontraksi, ibu mengalami kesakitan untuk mendorong bayi keluar dari tubuhnya. Pada waktu kepala bayi keluar dari tubuh ibu, kontraksi terjadi hampir setiap menit dan berlangsung kira-kira 1 menit.
c)      Setelah bayi lahir. Pada waktu ini ari-ari, tali pusar, dan selaput lain dilepaskan dan dibuang. Tahap akhir inilah yang paling pendek, yang berlangsung hanya beberapa menit saja.
Pengaruh Kelahiran terhadap Perkembangan Pascalahir
Studi psikologis dan medis, telah menunjukkan beberapa kondisi yang menimbulkan pengaruh kelahiran terhadap perkembangan pascalahir. Diantara kondisi-kondisi kelahiran yang mempengaruhi perkembangan pascalahir itu adalah :
·         Jenis Kelahiran
Jenis kelahiran merupakan kondisi pertama yang menyebabkan kelahiran dapat mempengaruhi perkembangan pascalahir. Secara umum kelahiran dapat dibedakan atas lima jenis: (1) kelahiran normal atau spontan, (2) kelahiran dengan peralatan, (3) kelahiran sungsang, (4) kelahiran melintang, dan (5) kelahiran melalui pembedahan caesar (Santrock, 1995).
Bayi yang lahir secara spontan biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dibandingkan dengan bayi yang mengalami proses kelahiran yang lama dan sulit, serta menggunakan alat atau pembedahan. Demikian juga, bayi yang dilahirkan melalui persalinan caesar umumnya lebih tenang, sedikit menangis, dan lebih sedikit mengeluarkan tenaga dalam pergerakan acak tubuh dibandingkan dengan bayi yang lahir spontan atau dengan bantuan peralatan.
·         Pengobatan Ibu
Kondisi kedua yang dikaitkan dengan kelahiran yang mempengaruhi penyesuaian pascalahir adalah obat-obatan yang digunakan ibu sebelum dan selama proses kelahiran. Belakangan ini, ibu-ibu yang akan melahirkan sering menggunakan obat-obatan dengan maksud menghilangkan rasa sakit atau untuk mempercepat proses kelahiran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin banyak obat yang diberikan kepada ibu saat melahirkan, semakin lama dan sulit bayi menyesuaikan diri dengan kehidupan pascalahir. Bahkan, bayi yang lahir dari ibu yang memakan oxytocin (obat untuk mempercepat proses melahirkan), cenderung mengalami penyakit kuning (jaundice). Demikian juga kelahiran yang dipaksakan dengan dibantu oleh obat-obatan pembunuh rasa sakit, akan semakin banyak perawatan kesehatan diperlukan setelah kelahiran (Santrock, 1995).
·         Lingkungan Pralahir
Kondisi kelahiran ketiga yang mempengaruhi penyesuaian pascalahir ialah jenis lingkungan pralahir. Setiap kondisi dalam lingkungan pralahir yang menghalangi perkembangan janin sesuai dengan tabel waktu yang normal, akan lebih banyak mengakibatkan kesulitan pada saat lahir dan penyesuaian pascalahir dibandingkan dengan kondisi lingkungan yang nyaman. Dalam suatu investigasi dilaporkan bahwa bayi berusia 2 tahun yang sebelum lahir terkena timbal bensin yang tinggi dalam darah tali pusat, mengalami kemunduran dalam suatu tes perkembangan mental (Bellinger, et.all., 1987).


·         Jangka Waktu Periode Kehamilan
Kondisi keempat yang berkaitan dengan kelahiran yang mempengaruhi perkembangan pascalahir adalah lamanya periode kehamilan. Walaupun lama rata-rata periode kehamilan 38 minggu atau 266 hari, namun hanya sedikit bayi yang lahir tepat pada waktunya. Adakalanya bayi lahir lebih awal dan adakalanya lahir lebih lambat dari waktu rata-rata tersebut. Bayi yang lahir lebih awal dari waktu rata-rata disebut “prematur”, sedangkan bayi yang lahir lebih lambat disebut “postmatur”.
Bayi disebut postmatur bila ia lahir terlambat 2 minggu atau lebih. Sedangkan bayi disebut prematur bila ia lahir lebih cepat 2 minggu atau lebih dari waktu rata-rata. Selain jangka waktu periode kehamilan ukuran dan berat badan juga diperhitungkan. Bila berat bayi 2,7 kg atau kurang dengan panjang kurang dari 19 inci, maka bayi dikategorikan prematur (Seiffert & Hoffnung, 1994).
Bayi yang lahir prematur, baik yang lahir sebelum waktunya maupun yang berat lahirnya rendah, dianggap sebagai bayi yang beresiko tinggi, dan cenderung memperlihatkan gejala perkembangan yang berbeda dengan bayi yang lahir tepat waktu atau lebih lambat. Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan pascalahir dibandingkan dengan bayi usia normal sekalipun. Sebaliknya, bayi prematur biasanya mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan pascalahir. Bahkan dalam suatu investigasi yang dilakukan oleh Tiffany Field (1982), ditemukan bahwa bayi berusia 4 bulan yang lahir prematur memiliki kemampuan vokal yang kurang, dan cenderung lebih menghindari kontak mata dibandingkan dengan bayi yang lahir tepat pada waktunya.
Studi lain yang dilakukan Susan Rose, et. All. (1988), menemukan bahwa bayi-bayi berusia 7 bulan yang beresiko tinggi dan yang lahir prematur kurang dapat memberi perhatian secara visual terhadap kelembutan dan memperlihatkan kekurangan-kekurangan dalam memori pengenalan visual dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir postmatur dan tepat pada waktunya.
·         Perawatan Pascalahir
Kondisi kelahiran kelima yang mempengaruhi perkembangan pascalahir adalah jenis perawatan yang diperoleh bayi pada hari-hari pertama kelahirannya. Kelahiran merupakan suatu “drama penjebolan” secara drastis, yang disertai dengan perubahan-perubahan kondisi (psiko-fisik) secara radikal revolusioner dari seorang bayi. Hal ini dapat dipahami, sebab setelah 9 bulan berada dalam lingkungan rahim yang relatif stabil dan aman, janin tiba-tiba berada dalam lingkungan, yang bukan saja berbeda tetapi juga sangat bervariasi.
Karena perbedaan yang besar antara lingkungan intern (rahim) dan lingkungan ekstern ini, mengharuskan bayi untuk melakukan penyesuaian diri secara radikal dan cepat. Keharusan bayi yang baru lahir melakukan penyesuaian diri yang tidak disertai dengan kemampuan untuk melakukannya – karena kondisinya yang lemah --  menuntut perhatian dan perawatan dari orang tua, terutama dari ibunya. Perhatian dan perawatan yang dilakukan ibu terhadap bayi yang baru dilakukan mempunyai pengaruh positif terhadap perkembangannya. Bayi yang mendapat perhatian dan perawatan dengan baik cenderung lebih waspada, lebih aktif dan lebih tanggap terhadap rangsangan luar dibandingkan dengan bayi yang kurang mendapat perawatan.
Beberapa dokter rumah sakit meyakini bahwa periode singkat setelah kelahiran memiliki arti penting bagi perkembangan bayi. Oleh karena itu, selama waktu ini, orang tua dan bayi perlu membentuk hubungan kedekatan emosional yang memberi landasan bagi perkembangan yang optimal pada tahun-tahun ke depan. Bayi yang dipisahkan dari ibunya pada segera setelah lahir, dapat menyulitkan perkembangan ikatan. Untuk itu, beberapa rumah sakit mencoba menggunakan suatu strategi kelahiran yang disebut “rooming on” (sekamar dengan bayi).
Menempatkan bayi yang baru lahir disebelah tempat tidur ibu, dimaksudkan agar ibu segera dapat merespons dan memenuhi kebutuhan perawatan bagi bayinya. Misalnya dalam hal tangisan bayi, ibu yang dapat merespons tangisan bayi dan bertindak sesuai dengan tangisan tersebut, maka frekuensi bayi menangis akan berkurang dan bayi akan memiliki kemampuan lebih baik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan pascalahir (Hurlock, 1979).
Disamping itu, metode lain yang dilakukan oleh beberapa rumah sakit terhadap kelahiran adalah dengan meletakkan bayi yang baru lahir diatas perut ibu segera setelah lahir, dengan keyakinan bahwa penempatan itu akan mendorong ikatan emosional ibu-bayi (Santrock, 1995).
·         Sikap Orang Tua
Kondisi kelahiran keenam yang berpengaruh terutama terhadap penyesuaian diri pascalahir adalah sikap orang tua. Bila sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan baik. Hubungan baik orang tua-anak ini akan dapat membantu bayi dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan baru yang dialami setelah lahir. Misalnya, seorang ibu yang tenang sebelum dan selama melahirkan, akan menghasilkan lebih banyak air susu dibandingkan dengan ibu yang tegang. Kondisi ini sangat membantu bayi dalam menyesuaikan diri dengan cara makan baru yang harus dilakukan sesudah kelahirannya, yaitu melalui penghisapan puting susu ibu. Sebaliknya, orang tua yang memiliki sikap yang kurang menguntungkan, menyebabkan hubungan orang tua-bayi lebih emosional. Kondisi ini memperlambat penyesuaian bayi dalam hal makan dan tidur serta memperkuat tangisan, yang pada gilirannya akan mengganggu penyesuaian yang harus dilakukan bayi dengan lingkungan pascalahir.
Demikian pentingnya kondisi atau sikap ibu terhadap penyesuaian diri yang baru lahir, seorang ayah sangat dituntut berpartisipasi dalam persalinan anak. Sebab, kehadiran ayah dalam ruang persalinan, dapat memberikan dukungan dan kekuatan emosional bagi ibu pada saat melahirkan bayi. Disamping itu, dilihatkan dalam konteks psikologi Islam, pentingnya kehadiran ayah dalam ruang persalinan ini mempunyai kaitan erat dengan tanggung jawab pemberian pendidikan pertama, yakni menyuarakan lafal azan dan qamat ketelinga bayi pada saat ia lahir.




BAB III
PENUTUP

Ø  Kesimpulan
1.      Periode prenatal atau masa sebelum lahir adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan waktu kelahiran seorang individu.
2.      Perkembangan masa prenatal dibagi menjadi 3 yaitu: periode germinal, periode embrionis dan periode fetal.
3.      Secara psikologis, permulaan perkembangan dimulai pada waktu anak yang belum dilahirkan tersebut bereaksi terhadap rangsangan dari luar. Hal ini dapat ditunjukan bahwa janin yang ada dalam kandungan pada sekitar bulan ketiga atau keempat setelah ditupkan ruh, telah dapat mengadakan reaksi, mengadakan tingkah laku spontan atau tingkah laku berulang seperti menghisap ibu jari, getaran dan tendangan-tendangan yang kuat.
4.      Perkembangan kehidupan psikis janin tersebut dapat juga dibuktikan dengan adanya hubungan yang sedemikian erat antara kegembiraan maupun penderitaan batin ibu dengan bayi yang dikandungnya.
5.      Bahaya yang biasanya terjadi ketika masa prenatal, ketidak teraturan perkembangan, keguguran, kelahiran kembar, tress ibu, sikap yang kurang menguntungkan dari orang yang berarti.
6.      Faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal yaitu, faktor penyakit kehamilan, faktor lingkungan, kondisi ibu. 











DAFTAR PUSTAKA

Elfi Yuliani, psikologi perkembangan, yogyakarta, teras 2005
Desmita, psikologi perkembangan, bandung: pt.remaja Rosdakarya, 2012
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1980



[1] Elfi Yuliani, psikologi perkembangan, yogyakarta, teras 2005, hal 89
[2] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1980, p.28.
[3] Desmita, psikologi perkembangan, bandung: pt.remaja Rosdakarya, 2012
[4] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1980, p. 45.
[5] Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta, 1980, p. 35.

Popular Posts

Powered by Blogger.

Copyright © 2012 DETEKTIF HATITemplate by :Urangkurai.Powered by Blogger.Please upgrade to a Modern Browser.