BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Belajar
merupakan aktifitas individu yang melakukan belajar, yaitu proses kerja faktor
internal. Menurut Peaget belajar adalah proses penyesuaian atau adaptasi
melalui asimilasi dan akomodasi antara stimulasi dengan unit dasar kognisi
seseorang yang oleh Peaget menjadi schema. Menurut pandangan psikologi
behavioristik merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika yang bersangkutan dapat
menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini yang penting dalam belajar
adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Jika
ditinjau dari konsep atau teori, teori behavioristik ini tentu berbeda dengan
teori yang lain. Hal ini dapat kita lihat dalam pembelajaran sehari-hari
dikelas. Ada berbagai asumsi atau pandangan yang muncul tentang teori
behavioristik. Teori behavioristik memandang bahwa belajar adalah mengubah tingkah
laku siswa dari tidak bisa menjadi bisa, dari tidak mengerti menjadi mengerti,
dan tugas guru adalah mengontrol stimulus dan lingkungan belajar agar perubahan
mendekati tujuan yang diinginkan, dan guru pemberi hadiah siswa yang telah
mampu memperlihatkan perubahan bermakna sedangkan hukuman diberikan kepada
siswa yang tidak mampu memperlihatkan perubahan makna.
2. Rumusan Masalah
Ø
Apa pengertian Teori
Behavior ?
Ø
Apa yang dimaksud dengan
Pembiasan Klasikal Pavlov, Pengkodisian Operan Skinner dan Teori Belajar Sosial
Bandura ?
Ø
Apa saja Keunggulan dan
Kelemahan Teori Behavior ?
3. Tujuan Penulisan
Ø
Mengetahui pengertian Psikologi Behavior
Ø
Mengetahui Pembiasan
Klasikal Pavlov, Pengkodisian Operan Skinner dan Teori Belajar Sosial Bandura
Ø
Mengetahui Keunggulan
dan Kelemahan Teori Behavior
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori Behavior
Teori behavioristik adalah
teori belajar yang menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon.Teori Behavioristik merupakan sebuah teori
yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner. Kemudian teori ini berkembang menjadi
aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori
pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran
ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil
belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya,
mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau
perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata.
Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.[1]
B.
Pembiasaan
Klasikal Pavlov
1.
Biografi Pavlov
Ivan Petrovich
Pavlov dilahirkan pada tanggal 14 september 1849 di Ryazan, tempat ayahnya
Peter Dmitrich Pavlov bekerja. Keluarga mengharapkannya menjadi pendeta seperti
ayahnya sehingga ia disekolahkan di sekolah gereja Ryazan. Terinspirasi oleh
ide-ide progresif yang dikemukakan oleh para kritikus sastra Rusia tahun
1860-an Pavlov meninggalkan karir agama dan memutuskan untuk mengabdikan
hidupnya untuk ilmu pengetahuan.
Pada tahun 1870 ia
masuk dalam fakultas matematika dan fisika untuk mengambil kursus ilmu alam.
Program pertama yang ia hasilkan bersama rekannya Afanasyev adalah sebuah karya
tentang fisiologi saraf pancreas. Karya ini secara luas diakui dan dia
dianugerahi medali emas saat itu. Pada tahun 1875 ia menerima gelar calon ilmu
pengetahuan alam, tetapi ia memutuskan untuk melanjutkan studinya ke Akademis
medis Operasi, dan menyelesaikan studinya pada tahun 1879 dan kembali
mendapatkan medali emas. Setelah pemeriksaan kompetitif, Pavlov memenangkan
beasiswa di Akademi dan mendapatkan posisinya sebagai Direktur Labiratorium
Fisiologis di salah satu klinik terkenal di Rusia. Pada tahun 1883 ia
menyelesaikan tesis dokternya yiatu “Persarafan sentrifugal dari jantung”.
Pada tahun 1980
Pavlov diundang untuk mengatur dan mengarahkan Departemen Fisiologi of
Eksperimental Medicone dan ia diangkat sebagai profesor Farmakologi di Akademi
Medis Militer. Setelah itu, di tahun 1891-1900 Pavlov melakukan sebagian besar
penelitian tentang fisiologis pencernaan. Pavlov merupakan seorang ilmuwan yang
penuh dedikasi, yang terobsesi dengan penelitiannya. Dia meneliti tentang
proses pencernaan anjing, ketika dia mengetahui bahwa anjing dapat dilatih
untuk mengeluarkan air liurnya dalam merespon bunyi bel. Sebagai stimulus
netral, bunyi bel tidak menghasilkan respon air liur, maka dari itu untuk
mengubah bunyi bel tersebut menjadi stimulus yang menghasilkan respon keluarnya
air liur, Pavlov memasang bel dengan daging.
Pavlov
mengemukakan empat peristiwa eksperimental dalam proses akuisisi dan
penghapusan sebagai berikut:
a.
Stimulus tidak
terkondisi (UCS), suatu peristiwa lingkungan yang melalui kemampuan bawaan
dapat menimbulkan refleks organismik. Contoh : Makanan.
b.
Stimulus
terkondisi (CS), suatu peristiwa lingkungan yang bersifat netral dipasangkan
dengan stimulus tak terkondisi (UCS). Contoh : Bunyi bel adalah stimulus netral
yang dipasangkan dengan stimulus tidak terkondisi berupa makanan.
c.
Respon tidak
terkondisi (UCR), refleks alami yang ditimbulkan secara otonom atau dengan
sendirinya. Contoh : mengeluarkan air liur.
d.
Respon
terkondisi (CR), refleks yang dipelajari dan muncul akibat dari penggabungan CS
dan US. Contoh : keluarnya air liur akibat penggabungan bunyi bel dengan
makanan.[2]
2.
Struktur,
Dinamika, dan Perkembangan Kepribadian
a.
Struktur
Kepribadian
1)
Tingkah laku
responden (responden behavior), respon
yang dihasilkan organisme untuk menjawab stimulus secara spesifik berdasarkan
respon yang diberikan, seperti mengeluarkan air liur ketika melihat makanan.
2)
Tingkah laku
operan (operant behavior), respon
yang dimunculkan organisme tanpa adanya stimulus spesifik yang langsung memaksa
terjadinya respon itu. Organisme dihadapkan kepada pilihan-pilihan respon mana
yang akan dipakai untuk menanggapi suatu stimulus.
Jadi,
struktur kepribadian dari Pavlov ini tergantung kepada respon atau stimulus
yang diberikan oleh seseorang, semakin besar stimulus atau penguatan yang
diberikan, maka respon yang diterima juga akan semakin kuat.
b.
Dinamika dan
Perkembangan Kepribadian
Pavlov yakin bahwa kepribadian dapat
dipahami dengan mempertimbangkan tingkah laku dalam hubungan yang terus menerus
dengan lingkungannya. Cara yang efektif untuk mengubah dan mengontrol tingkah
laku adalah penguatan, maksudnya dengan diberikan penguatan-penguatan yang
positif, maka tingkah laku seseorang akan bisa berubah dan terkontrol dengan
baik.
Sesuai strategi kegiatan yang
membuat tingkah laku tertentu berpeluang untuk terjadi pada masa yang akan
datang. Manusia dan binatang dapat dilatih melakukan semua jenis tingkah laku
dimana semua konsekuensi atau penguatan yang tersedia di lingkungan dapat
diubah dan diatur sesuai dengan tujuan yang dikehendaki.
Strategi itu pada dasarnya ada dua,
yaitu :
1)
Conditioning
Clasik, disebut juga dengan conditioning responden karena tingkah laku
dipelajari dengan memanfaatkan hubungan stimulus respon yang bersifat refleks.
2)
Conditioning
Operan, conditioning operan tidak tergantung kepada tingkah laku otomatis atau
refleks sehingga jauh lebih fleksibel dibandingkan dengan conditioning clasik.
3.
Perubahan
Tingkah Laku
Tingkah laku
seseorang dapat diubah melalui stimulus-stilmulus yang diberikan kepada
seseorang tersebut sehingga menimbulkan respon yang sesuai dengan stimulus
tersebut.
Teori Pavlov ini bisa
diterapkan dlaam kehidupan nyata, sebagai contoh untuk menambah kelekatan
dnegan pasangan yang sangat suka (UCR) dengan coklat (UCS). Disetiap anda
bertemu (CS) dengan kekasih anda maka berikanlah sebuah coklat untuk kekasih
anda, secara otonom dia akan sangat suka dengan soklat yang anda berikan.
Berdasarkan teori
Pavlov, ketika hal itu dilakukan secara berulang-ulang, selanjutnya cukup
dengan bertemu dengan anda tanpa memberikan coklat, maka secara otonom pasangan
anda akan sangat suka (CR) dengan anda, hal ini dapat terjadi karena
pembentukan perilaku antara UCS, CS, UCR, dan CR seperti eksperimen yang telah
dilakukan oleh Pavlov.[3]
C.
Pengkondisian
Operan Skinner
1.
Biografi dan
Teori Skinner
Burrhus Frederic
Skinner lahir 20 Maret 1904di kota kecil Pennsylvania Susquehana. Ayahnya
adalah seorang pengacara dan ibunya yang kuat dan cerdas sebagai ibu rumah
tangga. Ia merefleksikan tahun-tahun awal kehidupannya sebagai suatu masa dalam
lingkungan yang stabil, di mana belajar sangat dihargai dan disiplin sangat
kuat. Skinner mendapat gelar BA nya dalam sastra Bahasa Inggris pada tahun 1926
dari Presbyterianfounded Humilton College setelah
diwisuda, ia menekuni dunia tulis menulis sebagai profesinya selama dua tahun.
Pada tahun 1928 ia
melamar masuk program pascasarjana psikologi Universitas Harvard. Ia memperoleh
MA pada tahun 1930 dan Ph,D di tahun 1931. Pada tahun 1945 dia menjadi kepala
Departemen psikologi di Universitas Indiana. Di tahun 1948 dia di undang untuk
datang lagi ke Universitas Harvard. Di universitas tersebut ia menghabiskan
sisa karirnya. Skinner adalah seseorang yang aktif dalam berbagai kegiatan,
seperti melakukan berbagai penelitian, membimbing ratusan calon doktor, dan
menulis berbagai buku. Meski tidak sukses sebagai penulis buku fiksi dan puisi,
ia menjadi salah satu penulis buku psikologi terbaik. Salah satu karyanya yang
terkenal adalah Walden II. Pada tanggal 18 Agustus 1980, Skinner meninggal
dunia karena penyakit Leukimia.
B.F. Skinner yang
berkebangsaan Amerika ini dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan
model instruksi langsung dan meyakini bahwa perilaku dikawal melalui proses operant conditioning. Di mana seorang
dapat mengontrol tingkah laku organisme melalui pemberian reinforcement yang bijaksana dalam lingkungan relatif besar. Dalam
beberapa hal, pelaksanaannya jauh lebih fleksibel daripada conditioning klasik.
Operant
Conditioning adalah suatu proses perilaku operant (penguatan positif dan
negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapt berulang kembali atau
menghilang sesuai dengan keinginan.
Skinner membuat eksperimen sebagai berikut
: Dalam uji kaji laboratorium Skinner memasukkan tikus yang lapar ke dalam
kotak yang disebut “Skinner box”, yang sudah dilengkapi dengan berbagai
peralatan yaitu tombol, alat pemberi makanan, penampung makanan, lampu yang
dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena dorongan
lapar tikus berusaha keluar untuk mencari
makanan. Selama tikus bergerak kesana kemari untuk keluar dari box, tidak
sengaja ia menekan tombol, makanan keluar. Secara terjadwal diberikan makanan
secara bertahap sesuai peningkatan perilaku yang ditunjukan si tikus, proses
ini disebut shaping.
Skinner mengatakan bahwa unsur terpenting
dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk
melalui ikatan stimulus respon akan semakin kuat bila diberi penguatan. Skinner
membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu Penguatan positif dan penguatan
negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa hadiah, perilaku atau
penghargaan. Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain menunda atau tidak
memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukan perilaku tidak
senang.[4]
2. Teori Operant Conditioning Skinner
Konsep-konsep yang
dikemukakan oleh Skinner tentang belajar mampu mengungguli konsep-konsep lain
yang dikemukakan oleh para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep
belajar secara sederhana dan dapat menunjukkan konsepnya tentang belajar secara
komprehensif. Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang
terjadi melalui interaksi dalam lingkungannya, yang kemudian akan menimbulkan
perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang digambarkan oleh para tokoh
sebelumnya.
Sebab, setiap alat yang
dipergunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya. Dari semua
pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling besar pengaruhnya.
Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine, Pembelajaran berpogram,
modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada konsep hubungan
stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguatan (reinforcement), merupakan
program-program pembelajaran yang menerapkan teori belajar yang dikemukakan
oleh Skinner.
a. Penguatan (Reinforcement)
Menurut Skinner, untuk memperkuat
perilaku atau menegaskan perilaku diperlukan suatu penguatan (reinforcement).
Ada juga jenis penguatan, yaitu penguatan positif dan penguatan negative.
Penguatan positif (positive reninforcement) didasari prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon
akan meningkat karena diikuti oleh suatu stimulus yang mengandung penghargaan.
Penguatan negatif (negative
reinforcement) didasari
prinsip bahwa frekuensi dari suatu respon akan meningkat karena diikuti dengan
suatu stimulus yang tidak menyenangkan yang ingin dihilangkan.[5]
D. Teori Belajar Sosial Bandura
A. Biografi Albert Bandura
Albert Bandura dilahirkan
di Mundare Northern Alberta Kanada, pada 04 Desember 1925. Pada tahun 1949
beliau mendapat pendidikan di University of British Columbia, dalam jurusan
psikologi. Dia memperoleh gelar Master didalam bidang psikologi pada tahun 1951
dan setahun kemudian ia juga meraih gelar doctor (Ph.D). Bandura menyelesaikan
program doktornya dalam bidang psikologi klinik, setelah lulus ia bekerja di
Standford University. Beliau banyak terjun dalam pendekatan teori pembelajaran
untuk meneliti tingkah laku manusia dan tertarik pada nilai eksperimen. Pada
tahun 1964 Albert Bandura dilantik sebagai professor dan seterusnya menerima
anugerah American Psychological Association untuk Distinguished scientific
contribution pada tahub 1980.
Albert Bandura sangat
terkenal dengan teori pembelajaran social, salah satu konsep dalam aliran
behaviorime yang menekankan pada komponen kognitif dari pemikiran, pemahaman,
dan evaluasi.[6]
B. Teori-teori Bandura
a. Teori Pembelajaran Sosial
Teori Pembelajaran Sosial
merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional
(behavioristik).Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986). Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori
belajar perilaku, tetapi memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat-isyarat
perubahan perilaku, dan pada proses-proses mental internal. Jadi dalam teori
pembelajaran social kita akan menggunakan penjelasan-penjelasan reinforcement
eksternal dan penjelasan-penjelasan kognitif internal untuk memahami bagaimana
belajar dari orang lain. Dalam pandangan belajar social “manusia“ itu tidak
didorong oleh kekuatan-kekuatan dari dalam dan juga tidak dipengaruhi oleh
stimulus-stimulus lingkungan.
Teori belajar social
menekankan bahwa lingkungan-lingkungan yang dihadapkan pada seseorang secara
kebetulan, lingkungan-lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh orang
itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, bahwa “sebagian besar manusia
belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang
lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan (modelling), dan
pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam pembelajaran
terpadu.
Ada dua jenis pembelajaran
melalui pengamatan, Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan dapat terjadi
melalui kondisi yang dialami orang lain. Seperti pendekatan teori pembelajaran
terhadap kepribadian, teori pembelajaran social berdasarkan pada penjelasan
yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada tingkah laku manusia
adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup untuk
menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang.
b. Teori Peniruan (Modeling)
Pada tahun 1941,Neil
Miller dan John Dollard dalam laporan hasil eksperimennya mengatakan bahwa
peniruan (imitation) merupakan hasil proses pembelajaran yang ditiru dari orang
lain.Proses belajar tersebut dinamakan “social learning“ atau “pembelajaran
social“.Menurut Bandura,sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui
peniruan maupun penyajian. Dalam hal ini orang tua dan guru memainkan peranan
penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak-anak untuk menirukan tingkah
laku membaca.
Dua puluh tahun
berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah melakukan
eksperimen pada anak-anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil eksperimen
mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan
terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak
dilakukan terus menerus.
Menurut Bandura,
perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri (kognitif) dan lingkungan.
·
Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)
Menurut teori belajar
social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari tindakan,
secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap
, yaitu :
1) Perhatian (Attention)
Subjek harus
memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek memberi
perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.
2) Mengingat (Retention)
Subjek yang memperhatikan
harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini membolehkan subjek
melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau diingini. Kemampuan untuk
menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari proses belajar.
3) Reproduksi gerak (Reproduction)
Setelah mengetahui atau
mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapatmenunjukkan kemampuannya atau
menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.
4) Motivasi
Motivasi juga penting
dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak individu untuk terus
melakukan sesuatu. Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang
telah dimodelkan.
·
Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura
ü
Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan
ü
Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan
lain-lain
ü
Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru
sebagai model
ü
Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang
positif
ü
Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan
tingkah laku atau timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang
positif
·
Eksperimen Albert Bandura
Eksperimen yang sangat terkenal
adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak-anak meniru seperti perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya. Albert Bandura seorang tokoh teori
belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat dilaksanakan
dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “.
·
Jenis-jenis Peniruan (modeling):
1. Peniruan Langsung
Ciri khas pembelajaran ini adalah
adanya modeling, yaitu suatu fase dimana seseorang memodelkan atau mencontohkan
sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan itu dilakukan. Meniru
tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian.
2. Peniruan Tak Langsung
Peniruan Tak Langsung adalah melalui
imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.
3. Peniruan Gabungan
Peniruan jenis ini adalah dengan cara
menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu peniruan langsung dan tidak
langsung.
4. Peniruan Sesaat / seketika
Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai
untuk situasi tertentu saja.
5. Peniruan Berkelanjutan
Tingkah laku yang ditiru boleh
ditonjolkan dalam situasi apapun.
Hal lain yang harus diperhatikan
bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Tingkat tertinggi belajar dari
pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak awal dan mengulangi
perilaku secara simbolik kemudian melakukannya.
2) Individu lebih menyukai perilaku yang
ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.
3) Individu akan menyukai perilaku yang
ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta perilakunya mempunyai
nilai yang bermanfaat.
Teori belajar social dari Bandura ini
merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik dengan penguatan dan
psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku.
Motivasi banyak ditentukan oleh
kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya.
Ciri-ciri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan kemampuan,
penting dalam menentukan tingkat imitasi.[7]
E. Keunggulan dan Kelebihan Teori Behavior
a.
Keunggulan Teori
Behavioristik
1) Teori ini cocok diterapkan untuk melatih anak-anak yang masih membutuhkan
dominansi peran orang dewasa, suka mengulangi dan harus dibiasakan, suka meniru
dan senang dengan bentuk-bentuk penghargaan langsung seperti diberi permen atau
pujian.
2) Membiasakan guru untuk bersikap jeli dan peka pada situasi dan kondisi
belajar
b.
Kelemahan Teori
Behavioristik
·
Pembelajaran siswa yang
berpusat pada guru (teacher centered learning), bersifat mekanistik, dan hanya
berorientasi pada hasil yang diamati dan diukur.
·
Murid hanya
mendengarkan dengan tertib penjelasan guru dan menghafalkan apa yang didengar dan dipandang
sebagai cara belajar yang efektif.[8]
BAB III
PENUTUP
·
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas kami dapat menyimpulkan bahwa Teori Belajar behavioristik adalah teori belajar yang
menekankan pada tingkah laku manusia sebagai akibat dari interaksi antara
stimulus dan respon,serta memandang individu sebagai makhluk reaktif yang
memberi respon terhadap lingkungan,pengalaman dan latihan yang akan membentuk
prilaku mereka. Adapun Tokoh penting yang berpengaruh dalam teori belajar
behavioristik secara teori antara lain adalah : Pavlov,Skinner, dan Bandura. Dari semua pendukung Teori behavioristik, Teori Skinnerlah yang paling
besar pengaruhnya. Program-program pembelajaran seperti Teaching Machine,
Pembelajaran berprogram, modul, dan program-program pembelajaran lain yang berpijak pada
konsep hubungan stimulus-respons serta mementingkan faktor-faktor penguat (reinforcement).
DAFTAR PUSTAKA
Ø
Erba Rozalina Yulianti, Psikologi Kepribadian, Bandung:2012.
Ø Jess Feist, Teori Kepribadian,Salemba
Humanika, Jakarta:2011.
Ø Gregory J. Feist, Theories of Personality, Salemba Humanika, Jakarta:2011.
Ø
www.wikipedia.com
0 comments:
Post a Comment